Malam di bulan Februari
Kami berjalan di kota miskin dan kumuh
Di temani cahaya rembulan dan bintang rigel
Perjalanan menjadi hangat dan terang
Kami melewati pasar;Â
Jongko-jongko berjejer panjang dan banyak
Tapi, tidak satu pun yang berjualanÂ
Lalu kami bernyanyi dan bercengkerama sepanjang jalan
Sampai akhirnya kaki menyusuri emperan, menembus kegelapan,
Kami semua kembali ke penginapan
Saling mendekam meredam letih
Malam pun berlalu tanpa sempat meminta setuju
Malam ini, Februari
Suara angin membangunkan tidurku
Namun, saat kutengok, tidak ada siapa pun
Kegelapan ... kegelapan ...Â
Tidak ada rembulan ataupun bintang rigel
Tidak ada teman-teman
Malam ini, Februari
Angin yang lalu bernyanyi
Memberitahu bulan, rigel, dan orang-orang di masa lalu
Bahwa di antara kami ada yang sedang sendirian,Â
Di kegelapan, mendekam dan menangis di dalam kubur ...
Untuk Almarhum, semoga senantiasa tenang di sana. Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H