Toga hitam membalut tubuhku, rasa haru dan bangga bercampur aduk. Sorak sorai ribuan orang terdengar sayup, namun pikiranku melayang jauh ke belakang. Dulu aku adalah gadis pemalu yang kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Aku pikir selamanya akan begitu, takut untuk mulai berinteraksi dengan sekitar. Ternyata, aku bisa melawan semua hal negatif itu. Kuliah mengajarkan ku arti keberanian dan kepercayaan diri. Kuliah bukan hanya tentang menuntaskan tugas dan ujian, melainkan perjalanan panjang penuh lika-liku. Aku keluar dari zona nyaman yang sebelumnya menjadi rumah ternyaman aku. Tantangan demi tantangan aku hadapi dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Setiap langkah memang terasa berat, namun setiap keberhasilan adalah manisnya kemenangan. Wisuda ini bukan hanya keberhasilanku secara akademik, tetapi juga membuktikan bahwa aku telah berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
***
Suasana kampus sangatlah berbeda dengan sekolah. Keramaian mahasiswa yang lalu lalang. Suara teriakan kakak tingkat begitu membahana di ruang auditorium yang cukup besar. Kami, para mahasiswa baru, berdiri tegak mengikuti arahan mereka.
"Baik. Teman-teman, selanjutnya kita masuk ke sesi perkenalan terlebih dahulu. Saya akan pilih secara acak untuk berdiri dan memperkenalkan diri, baik nama, asal, prodi, dan terpenting adalah alasan berkuliah di kampus ini", ucap kakak tingkat yang berdiri di depan kami.
Salah satu mahasiswa di baris ke tiga itu terlihat panik dan ketakutan hingga tertunduk, entah apa sebenarnya yang dirasakan. "Mahasiswi di baris ke tiga yang menunduk, silakan berdiri dan perkenalkan diri", sambung kakak tingkat.
Lima belas detik berlalu, mahasiswi itu belum juga berdiri, bahkan menaikkan pandangan pun enggan. Hingga kakak tingkat harus mengulang perkataannya.
"Ha.. halo teman-teman", ucap Alea gugup, tangan kirinya meremas ujung bajunya.
"Perkenalkan, aku Alea Putri Aprilia. Akrab disapa Al atau teman-teman bisa panggil aku Alea. Aku mengambil program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Aku berasal dari salah satu pelosok desa di Sulawesi Barat. Alasan aku memilih berkuliah di sini karena ingin tahu bagaimana rasanya naik pesawat dan juga...". Seketika Alea terhenti dan tertunduk malu dengan mata berkaca-kaca, kemudian bergegas duduk kembali. Ia merasa dirinya seperti orang bodoh yang menjadi bahan tawaan oleh mahasiswa lainnya. Kakak tingkat berusaha mengalihkan fokus mahasiswa. Suasana ruangan itu kembali tenang.
Waktu menunjukkan pukul 16.00 WITA dan ospek pun selesai. Seluruh mahasiswa baru bergegas meninggalkan auditorium. Bermacam suara yang terdengar di telinga ku, ada yang bahagia karena hari ini merupakan hari terakhir ospek dan ada juga yang terdengar meriuk kelelahan.
Tiba di kos, ku letakkan tubuhku dengan tangan telentang yang memenuhi tikar di lantai. Ku tatap langit-langit kamar "apakah seletih ini menjadi mahasiswa? Aku begitu malu dengan kejadian tadi, sebodoh dan serendah itukah aku?", gumam Alea dengan wajah sedih hingga tertidur lelap. Azan magrib berkumandang, aku terbangun dari tidur ku dan bergegas mandi untuk segera menunaikan salat.
***