Sebagian generasi millenial, lalu seluruh generasi Z lalu kini ada generasi alpha adalah generasi yang mengenal teknologi sejak mereka kecil bahkan sejak lahir (native digital) Sebagai native digital, tiga generasi itu amat piawai dalam menggunakan teknologi termasuk media sosial.
Hanya saja, media sosial memang seperti hutan belantara yang sangat sulit untuk ditaklukkan. Informasi-informasi itu masuk ke kanal-kanal youtube, twitter, facebook, saluran telegram dll. Media sosial adalah ranah publik dimana semua orang bisa mengaksesnya.
Media sosial dan informasi melalui teknologi informasi ini punya pilihan konten . salah satunya adalah konten radikal yang sering ditawarkan oleh para pihak yang membawa faham transnasional. Kita bisa melihat sejak tahun 2011, ISIS memproduksi begitu bayak kampanye soal kekhilafahan. Kampanye yang begitu massif dengan konten yang menarik, memikat banyak orang dari seluruh dunia untuk membantu ISIS menyerang pemeritah Suriah dan ingin mendirikan kekhalifahan. Dan seperti kita bisa saksikan banyak sekali orang berduyun-dusun ke Suriah untuk membantui ISIS.
Media sosial adalah salah satu andalan generasi Z dalam kesehariannya. Mereka eksis dan sebagian memperoleh pendapatan dari media sosial. Konten-konten yang disajikan di berbagai kanal itu sangat menarik sampai mampu mempengaruhi orang sampai akhirnya menggerakkan orang untuk berangkat ke Suriah. Mereka rela meinggalkan tanah air, keluarga besar yang membesarkannya sampai menjual seluruh harta bendanya.
Selain berangkat ke Suriah, beberapa generasi Z terpengaruh konten konten radikal dan akhirnya mereka berhasil merakit bom sendiri. Seorang pemuda di Karanganyar berhasil membuat bom panci dengan merakitnya menggunakan panduan dari internet. Meski tidak bisa meledak sempurna, namun itu adalah tindakan radikal . Begitu juga dua orang yang ditangkap masing masing di Solo dan malang menunjukkan bahwa semakin banyaknya generasi muda yang menjadi one wolf untuk kasus-kasus terorisme.
Mereka tidak terikat ke salah satu kelompok teroris, namun mereka belajar soal faham itu melalui internet dengan bersimpati apada tokoh-tokoh agama yang tahu melalui konten-konten di Youtube.
Fenomena akhir-akhir ini menyiratkan kemungkinan resiko yang harus ditanggung generasi muda terpapar radikalisme. Ini menunjukkan juga bahwa kita harus menyiapkan daya penangkal yang baik untuk pengaruh-pengaruh negatif itu demi generasi muda yang positif dan jauh dari pengaruh radikalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H