Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hakekat Kesabaran dalam Kisah Kurban

30 Juli 2020   03:23 Diperbarui: 30 Juli 2020   04:32 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
charismainsani.co.id

Saat Siti Hajar dan Ismail sedang tumbuh, Allah memberi perintah kepada Nabi Ibrahim AS agar membawa Siti Hajar dan anaknya itu ke Mekkah. Pada saat Nabi Ibrahim AS hidup, jazirah Arab tidak sebaik sekarang ; padang pasir luas,  panas dan tandus.

Di wilayah itu Siti Hajar dan Ismail hidup dengan penuh kesukaran dan ditinggal oleh Nabi Ibrahim AS. Saat Nabi meninggalkan mereka, dia berdoa agar Allah memberikan keselamatan dan perlindungan kepada mereka.

Pada suatu hari perbekalan habis dan Siti Hajar tidak lagi bisa menyusui Ismail, dan dia berusaha untuk mencari bahan makanan dan air dengan mencarinya dari bukit Shafa ke bukit Marwah, bolak-balik sampai tujuh kali Namun mata air yang  sempat dilihat Siti Hajar adalah fatamorgana alias penglihatan palsu.

Hajar kemudian berhenti berlari dan mendapati Ismail sedang menangis dengan menghentak-hentakkan kakinya yang kecil di pasir. Tak lama kemudian mucul sumber air asli dekat kaki Ismalil . Hajar senang dan berseru : Zamzam yang artinya berkumpullah. Dia menampung air tersebut dan bersuka cita bahwa pada saat-saat genting ternyata Allah menurunkan pertolongan.

Itulah yang disebut iman percaya Siti hajar dan Ibrahim AS kepada ALLAH.

Sama halnya dengan beberapa tahun kemudian saat Ismail beranjak besar, secara mengejutkan Allah meminta Ibrahim untuk menyembelih Ismail dan hal itu dilakukan oleh Nabi Ibrahim, seperti tertulis : Wahai Anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu (QS As Saffat: ayat 102)

Oleh iman juga nabi Ibrahim meski denngan berlinang air mata karena sedih, nabi sudah bersiap dengan pedang dan hendak menyembelih Ismail. Saat pedang hendak menyentuh leher Ismail, malaikat Jibril datang dan mengganti Ismail dengan domba yang gemuk.

Saat itu Allah SWT berfirman : Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkannya di atas pelipis (nya) , (nyatalah kesabaran keduanya). Lalu Kami panggil dia : Wahai Ibrahim , Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh , demikianlaj Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (QS. As Saffat ayat 103-105)

Dari dua ilustrasi di atas, Nabi Ibrahim sudah memberi teladan yang sangat baik kepada umat manusia Bahwa dia menerima apa saja yang diperintahkan oleh Alllah SWT dan bersabar akan hidupnya.

Tak mudah bagi orang yang berpuluh-puluh tahun menantikan kelahiran anak kemudian anak yang dijanjikan itu harus disembelih dengan tangannya sendiri. Juga tidak mudah untuk menerima bahwa Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan mereka sampai kesulitan dengan hidupnya, hanya karena iman percaya kepada Allah.

Terlepas itu semua, kita memang layak untuk merenungkan peristiwa Idul Qurban dengan baik dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahwa Iman bukan hanya soal ego kita tapi juga bagaimana hubungan kita dengan lingkungan kita.

Kita punya rekan dan teman yang sedang kesusahan , mungkin kita diutus oleh Allah untuk menolong dan memperhatikan. Teman dan rekan itu bukan saja orang sama imannya dengan kita tapi sesama yang mungkin berbeda dengan kita.

Mungkin saja orang-orang yang layak ditolong itu adalah padang pasir antara bukit Shafa dan bukit Marwah, dan ketika kita memperhatikan dan menolong mereka, Allah memberi air Zamzam yang melegakan kepada kita.

Begitu juga ketika kita dituntut untuk memperbaiki relasi dengan sesama dengan tidak berkonflik dan berteman sebagai satu saudara berbangsa, Allah memberi domba yang gemuk untuk mengganti Islail.

Percayalah, Allah menginginkan kedamaian dan kesejahteraan bagi kita semua, dan bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun