Setiap orang pasti punya keluarga, baik keluarga inti dan keluarga besar. Tidak semua anak beruntung bisa hidup dengan keluarga intinya. Dia kadang harus hidup bersama nenek atau saudara lainnya karena  satu dan lain hal.
Tapi siapapun yang mengurus anak apalagi anak yang beranjak remaja  yang hidup pada zaman kini, pasti menghadapi  tantangan besar. Tantangan itu berupa teknologi. Teknologi memang seperti  dua sisi mata uang,  satu sisi menguntungkan dan membantu manusia dalam banyak hal. Semisal teknologi komunikasi, teknologi transportasi, teknologi pertanian dll.
Dalam hal teknologi komunikasi misalnya tak terhitung manfaat yang bisa dipetik yaitu kemudahan memperoleh informasi, sehingga  banyak informasi yang semua sulit kita dapatkan sekarang amat mudah karena teknologi  itu.
Tapi kemudiahan teknologi itu ternyata tidak diikuti dengan pembelajaran terhadap literasi digital sehingga banyak orang salah dalam mengolah infomasi. Contoh yang paling jelas adalah bagaimana masyarakat tidak bisa mengolah informasi itu hoax atau tidak. Sehingga banyak yang tersesat dalam informasi yang tidak benar.
Hal yang lebih menyedihkan adalah karena teknologi yang sangat maju kita mendapat informasi  yang bersifat faham radikalisme. Paham ini banyak dikemas dalam sesuatu yang menarik perhatian dan bersifat simpatik sehingga orang tertarik. Karena terus menerus tertatik dan suka maka orang bisa merasa simpatik terhadap hal yang ditawarkan faham itu. Karena merasa simpatik kemudian terpengaruh.
Tak lama kemudian karena terpengaruh dan sudah merasuk ke dalam pikiran dan sukma kemudian dia mencoba meniru perbuatan radikal tersebut. Segala tahapan itu diperolehnya dari gadget yang disupport dari teknologi canggih yang cukup mereka peroleh dari benda di tangan itu.
Dan seperti yang saya ilustrasikan sebelumnya banyak orang orangtua tidak berpikir sampai ke situ. Â Bahwa radikalisme itu hanya semudah orang mengklik gadget dan akhirnya mereka terindoktrinasi radikalisme. Â Sesimpel itu radikaliisme itu ditampilkan kini.
Hal itu nyata terlihat ketika kita menemukan akhir-akhir ini para pemuda berani meledakkan bom padahal seorang diri (lone wolf) . Hal ini tentu saja mengagetkan kita semua, karena ini jelas merupakan kesalahan bina diri dari keluarga dan minimnya pengelolaan pengetahuan tentang gadget.
Karena itu marilah bersama-sama kita perhatikan anak kita masing-masing. Apakah kita sudah benar dalam membina mereka di rumah sehingga mereka mengelola segala sesuatu yang kita berikan kepada mereka dengan benar? Apakah kita sudah sungguh-sungguh memperhatikan mereka sehingga tidak terjerumus pada faham-faham radikal yang gampang ditularkan melalui gadget.Â
Jangan sampai tetiba kita kaget luarbiasa jika sandainya anak kita itu menjadi 'pengantin' yang meledakkan salah satu gedung atau pos polisi seperti beberapa contoh lain yang beredar.
Ini harus jadi concern kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H