Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendialogkan Nilai Ramadhan dengan Problem Sosial

12 Juni 2016   22:28 Diperbarui: 12 Juni 2016   22:37 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi pemahaman bersama, bahwa Ramadan merupakan bulan suci, yang penuh dengan barokah. Ramadhan merupakan bulan special, kerena Allah telah memberikan banyak kelebihan di bulan ini. Ibaratnya, pahala begitu banyak diobral di bulan ini. Tak heran jika banyak orang yang rajin beribadah di bulan suci. Ramadan juga memunculkan tradisi ke masjid. Mulai dari sholat shubuh, hingga shalat tarawih, banyak dilakukan di masjid. Kebersamaan pun menyebar ke seluruh penjuru negeri. Lalu apakah mereka akan menerapkan hal yang sama ketika hari biasa? Semoga ya.  

Selama Ramadhan, banyak nilai-nilai positif yang sering dilakukan. Salah satunya adalah belajar sabar. Melalui sikap sabar ini, menjadikan kita selalu tersenyum dan saling menghargai antar sesama. Namun, dalam keseharian, terakadang masih saja kita temukan orang marah-marah sesuka hatinya. Banyak juga kita temukan perilaku orang kaya, yang suka memaki-maki orang lain. Bahkan kelompok ormas keagamaan, juga sering memaki orang lain, karena dianggap berbeda. Sama sekali tidak ada unsur kesabaran disitu. Padahal, Rasulullah SAW saja, tetap bersikap sabar meski dimaki-maki sama musuhnya. Beliau juga tidak membalas, meski dilempari batu. Bahkan beliau justru mendoakannnya ketika musuhnya tersebut sakit.

Ramadhan juga mengajarkan sebuah kejujuran. Umat muslim dituntut untuk bersikap jujur, kepada siapa saja, termasuk kepada dirinya sendiri. Sebelum puasa, kita makan sahur. Jika diluar kita kemudian makan, makan kita tidak bisa mempertahankan kejujuran. Namun, jika kita tetap puasa hingga waktu berbuka, maka kita bisa belajar mempertahankan kejujuran. Sekarang, apakah kita sudah jujur dalam keseharian? Apakah pejabat bisa dikatakan jujur jika korupsi masih marak? Mari kita introspeksi. Sudahkah kita selalu berperilaku jujur?

Perilaku disiplin, juga sering diwujudkan ketika puasa. Sebenarnya, dalam institusi apapun selalu diterapkan disiplin. Namun, faktanya masih banyak aturan yang ditetapkan justru dilanggar. Padahal, dalam QS Annisa 4:59 disebutkan, “hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Kembali lagi, apakah kita benar-benar disiplin?

Perilaku yang juga sering diwujudkan dalam bulan Ramadhan adalah, sikap demawan. Kita menjadi yang sering berbagi makanan ketika berbuka, rajin beramal, atau mungkin rajin menyumbang pesantren. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS. Al Baqarah 2: 267).

Di luar Ramadhan, apakah kita tetap saling berbagi? Kesenjangan sosial begitu besar di negeri yang kaya raya ini. Lapangan pekerjaan masih minim, membuat banyak saudara kita hidup dalam kondisi yang kekurangan. Sudahkah kita saling membantu mereka? Jika belum, saatnya bertindak. Jangan memupuk harta dunia, tapi tidak pernah digunakan untuk kebaikan. Mari kita mendialogkan nilai-nilai Ramadhan dengan persoalan sosial yang ada. Sudahkah kita menerapkan nilai-nilai Ramadhan itu, untuk menyelesaikan persoalan sosial? Mari jadi renungan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun