Dapat menciptakan suasana yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang (enabling)
Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering)
Memberdayakan sama dengan melindung.
Temuan dan Analisis
Rendahnya Kecakapan Berbahasa Inggris Sumber Daya Manusia di Indonesia
Martin Albrow mendefinisikan globalisasi adalah proses dimana penduduk dunia yang terhubung dalam komunitas global dan dunia tunggal. Pada tingkat internasional, bahasa inggris sudah menjadi pusat komunikasi (lingua franca) di bidang bisnis, politik, administrasi, ilmu pengetahuan, dan akademis (Held, 1998). Di era globalisasi setiap individu dituntut untuk memiliki kecakapan di bidang IPTEK agar dapat bersaing di bidang pendidikan, ekonomi, pariwisata, serta budaya dengan sumber daya manusia dari negara lain yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, dengan mahir berbahasa inggris bisa menjadi kekuatan tersendiri.Â
Pemerintah Indonesia sendiri sudah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, salah satunya kebijakan di sekolah mulai dari kebijakan diberlakukannya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), ekstrakurikuler English Club di sekolah, sampai diselenggarakan uji TOEFL/IELTS/TOEIC pada tingkat SMA/SMK.Â
Education First (EF) sebagai lembaga Pendidikan memaparkan hasil laporannya menurut English Proficiency Index (EPI), dimana indeks kecakapan bahasa inggris di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 466 yang termasuk kategori rendah dan membuat Indonesia berada di peringkat kelima se Asia Tenggara. Dengan Singapore menempati peringkat pertama se Asia Tenggara dengan skor sebesar 635.Â
Namun, kecakapan berbahasa inggris di tingkat dunia, Indonesia menempati urutan ke-80 dari 112 negara. Skor pada tahun tersebut sudah menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, namun tetap berada pada kategori rendah karena masih berada dibawah rata-rata skor EPI global yaitu di angka 503.Â
Penyebab rendahnya kecakapan berbahasa inggris masyarakat Indonesia adalah karena sistem belajarnya yang tidak seimbang pada setiap aspek. Setidaknya terdapat empat aspek dalam belajar bahasa asing, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan apa yang terjadi di Lembaga Pendidikan, cenderung hanya terfokus pada aspek membaca dan menulis, seringkali mengacuhkan aspek mendengar dan berbicara. Penyebab rendahnya kecakapan berbahasa inggris di Indonesia selanjutnya ialah motivasi belajarnya yang tergolong rendah. Sukses dalam berbahasa asing tergantung bagaimana cara pandang kita dalam belajar, Bensor and Lor (1999). Pola belajar bahasa inggris yang dilakukan pada bidang akademik mungkin bisa diubah dengan metode pembelajaran yang lebih membuat masyarakat dapat melakukan prakteknya secara langsung, seperti apa yang dilakukan di Kampung Inggris. Apabila mahir berbahasa inggris membuat sumber daya manusia Indonesia dapat bersaing di tingkat internasional.
Keberhasilan Kampung Inggris Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia