Mohon tunggu...
Muhammad Rishaldy
Muhammad Rishaldy Mohon Tunggu... -

Penulis Love For A While (2013), Mahasiswa, Gamer, Traveler, Street Art Painter, Mountaineer. find me on aldyprisly.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Masih Belajar Menjadi Pemimpin

12 Januari 2016   19:12 Diperbarui: 12 Januari 2016   19:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
Jarak tempuh, waktu tempuh, rincian dana, kondisi kesehatan, faktor cuaca, faktor lalu lintas, dan lain-lain sampai kalian benar-benar memiliki banyak rencana cadangan.


Karena sekali lagi, ini bukan hanya tentang goal dan tujuan. Bukan hanya tentang hasil. Melainkan kenyamanan bersama dalam mencapai satu tujuan yang juga bisa dikatakan telah menjadi tujuan bersama.

 
Memiliki pemikiran yang panjang (long term) adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh tiap-tiap pemimpin. Bukan hanya pemimpin dari berbagai perusahaan. Bahkan pemimpin satu keluarga kecilpun harusnya memiliki kemampuan tersebut. Jangan sampai keuangan untuk satu bulan dibelanjakan habis dalam waktu satu minggu. Atau memaksakan kondisi keluarganya untuk berpuasa dalam waktu enam belas tahun.

 
Pun kalian harus mampu membangun sebuah kerjasama team yang baik. Yang dapat mempengaruhi proses dan hasil dari tujuan. Usahakan semua divisi berkerja dengan saling keterkaitan. Dengan mengoreksi dan memberikan saran satu sama lain. Dengan saling membangun kerjasama yang baik dan efektif.

 
Mengenai gaya kepemimpinan. Diktator? Friendly? Keduanya selalu memiliki kekurangan. Aku sempat pernah ingin menerapkan sebuah gaya kepemimpinan khas mendiang Steve Jobs dalam memimpin perusahaannya yang kini menjadi raksasa teknologi. Ia mengeluarkan siapa saja yang menurutnya menjadi penghambat, atau yang memiliki opini yang tak sejalan. Berbicara dengan hentakan yang keras bila ada sesuatu yang tidak disukainya. Tapi apalah kita ini? Kupikir wajar bila Jobs berperilaku demikian, sebab bila ia kehilangan satu tenaga ahli, masih banyak yang mengantri. Pun ia menjanjikan sebuah penghasilan yang tak sedikit. Kita? Start up. Yang anggaran properti saja masih pakai uang pribadi. Dan aku merasa bahwa aku belum memiliki kapabilitas yang cukup untuk meniru gaya kepemimpinannya.

 


Bill Gates? Empunya Microsoft. Ia selalu memberikan pekerjaan yang rumit kepada pegawainya yang pemalas. Karena menurutnya, seorang pemalasa akan menemukan cara tercepat untuk menyelesaikan tugasnya. Aku pernah menirunya satu kali, hasilnya? Bahkan ia lupa bahwa aku pernah memberikan satu tugas penting kepadanya. Betapa sumber daya manusia yang berbeda.


Jadi dapat kalian tarik kesimpulan bahwa menjadi pemimpin itu bukan perkara mudah.
Bagaimana dengan orang-orang/anggota yang sering kali salah menilai keputusan yang kalian ambil sebagai pemimpin?


Pun menerima kritik dan saran adalah bukan perkara sulit. Dengarkan juga opini para anggota, walau seringkali mereka salah dalam menilai atau bahkan menyikapi keputusan yang kalian ambil.


Karena kemampuan dan jarak pikir manusia itu diciptakan berbeda.
Namun bagaimana kita hari ini? Setelah kita kehilangan satu orang kutubuku sang pembuat baris kode? Pun hal ini menjadi satu hal yang mengganjal di pikiranku. Atau bagaimana progress yang sedang berlangsung? Sejauh mana perkembangannya? Bagaimana kondisi keuangan? Aparatur negara? Sampai suasana kantor yang belum pernah dapat kita rasakan? Pun aku masih belajar bagaimana cara menjadi seorang pemimpin.

 


Tolong bantu aku… seperti kali ini saja.

 


Regards,

Rishaldy Prisly

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun