Mohon tunggu...
Rise Nurhasanah
Rise Nurhasanah Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga dan freelance researcher -

Main Job as housewife with 3 lovely children Side Job as biostatistican

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perlukah Pengaturan Keuangan Keluarga Satu Pintu?

27 April 2018   05:17 Diperbarui: 27 April 2018   08:26 2493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu permasalahan keluarga dalam era milenial ini adalah semakin mahalnya harga tanah atau rumah untuk tempat tinggal. Jika ditelusuri secara historis, tahun 2009-2012 merupakan era ledakan (booming) properti, kenaikan rumah bisa mencapai 200 persen atau 50 persen per tahun. 

Tingginya harga properti saat ini bisa membuat generasi milenial (generasi yang lahir antara tahun 1981-1994) sulit mempunyai rumah. Menurut dari hasil survei Rumah 123 pada akhir tahun 2016 lalu, diperkirakan hanya 5% dari generasi milenial yang bisa memiliki rumah di Jakarta.

Lima tahun ke depan, atau tepatnya 2021, generasi milenial yang bekerja dan bermukim di Jakarta, terancam tidak bisa membeli dan memiliki rumah. Kenaikan harga rumah bukan saja terjadi di Jakarta saja tetapi sudah merambat juga ke daerah. Hal ini karena dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bangunan dan upah pekerja.

Rumah adalah salah satu kebutuhan primer bagi sebuah keluarga. Oleh karena itu dibutuhkan pengaturan keuangan keuarga agar dapat memenuhi kebutuhan primer dan meminimalisir pengeluaran yang sebetulnya tidak diperlukan.

Pengaturan keuangan keluarga mutlak diperlukan pada saat ini dimana barang dan jasa mudah ditemukan dan didapatkan hanya melalui klik atau menekan tombol gadget. Salah satu metode yang bisa diterapkan dalam pengaturan keuangan keluarga adalah "Pengaturan Keuangan Keluarga Satu Pintu". 

Pengertian "satu pintu" disini bukan berarti hanya satu pihak saja yang mengelola. Tetapi keuangan diatur bersama-sama oleh suami dan istri. Keuangan keluarga yang dikelola bersama dapat membuat keuangan keluarga terarah, kebutuhan prioritas dapat terpenuhi, meminimalisasi kebutuhan yang tidak perlu, dan dapat mewujudkan rencana masa depan. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah komitmen suami-istri.

Komitmen suami-istri

Dalam pengaturan keuangan satu pintu dibutuhkan komitmen bersama suami-istri untuk menyatukan pendapatannya dan mendiskusikan apa saja kebutuhan prioritas keluarga yang harus segera terpenuhi. Setelah itu dapat dibagi menjadi beberapa pos pengeluaran, sehingga ada transparansi antara suami dan istri kemana saja pengeluaran tersebut mengalir. 

Apabila ada kebutuhan mendadak seperti undangan dari saudara/kerabat, harus menjenguk orangtua yang sakit, atau ada kebutuhan penting lainnya dapat dikomunikasikan dengan pasangan. 

Begitupula jika ingin membeli barang diluar pengeluaran rutin seperti furniture, baju baru, sepatu baru, alat olahraga, dan pernak-pernik lainnya sebaiknya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan pasangan. 

Hal ini memang dirasa membatasi akan tetapi kadang diperlukan agar kita dapat berpikir berkali-kali sebelum memutuskan membeli suatu barang. Oleh karena itu diperlukan perencanaan anggaran keluarga setiap bulan.

ilustrasi (pscb.ogr)
ilustrasi (pscb.ogr)
Buatlah Perencanaan Anggaran Keluarga Setiap Bulan

Perencanaan anggaran keluarga setiap bulan sangat dibutuhkan untuk mengatur keuangan keluarga sehingga menjadi jelas berapa pendapatan dan pengeluaran per-bulan dan digunakan untuk kepentingan apa saja. Berdasarkan buku "Habiskan Saja Gajimu" karya Ahmad Gozali. Pola pengeluaran keuangan dapat diatur sebagai berikut:

Pengeluaran yang bersifat Sosial, pengeluaran ini dapat disebut sebagai "Hak Tuhan". Pada bagian ini kita dapat mengenal pengeluaran untuk zakat penghasilan, infak, sedekah, santunan, dll. Prioritas ini menjadi utama mengingat dalam dalam harta yang kita dapatkan, terdapat hak fakir yang harus kita salurkan. 

Mungkin tidak terasa risikonya jika kita sampingkan, namun ini adalah "titipan" sehingga menyampaikan titipan bisa kita sebut sebagai titipan Allah Juga. Pengeluaran ini yang sifatnya sosial ini, ada yang wajib dan ada yang sukarela dan terkait dengan agama. Intinya adalah "setoran" kita kepada yang menganugerahi kita dengan rezeki.

Pengeluaran yang bersifat cicilan utang, pengeluaran ini dapat disebut sebagai "Hak Orang Lain". Karena yang namanya utang adalah hak orang lain yang tertunda dan harus kita bayarkan dalam jangka waktu tertentu. Cicilan ini bisa berupa kredit rumah, kredit kendaraan, dll.

Pengeluaran untuk saving (tabungan), pengeluaran ini dapat disebut sebagai "Hak Kita sendiri di masa depan". Untuk kepentingan sendiri, tetapi baru akan dinikmati di masa depan. Saving ini bisa lakukan dengan tabungan dana cadangan, setoran investasi, premi asuransi, dll.

Pengeluaran untuk biaya hidup, pengeluaran ini dapat disebut "hak kita sendiri di masa sekarang". Dalam pengeluaran ini, kita akan mengenal adanya pengeluaran fixed dan flexible. Pengeluaran fixed adalah pengeluaran yang harus kita keluarkan untuk kelangsungan hidup kita, seperti biaya kontrakan, kost. 

Pengeluaran flexibel merupakan pengeluaran yang masih bisa diatur sendiri sekehendak kita seperti biaya konsumsi.

Sumber: https://referensibukubagus.wordpress.com
Sumber: https://referensibukubagus.wordpress.com
Bedakan Antara Need dan Want

Dalam praktek hidup sehari-hari kadang pengeluaran fleksibel menjadi membengkak sehingga tidak bisa menabung setiap bulannya. Bahkan tidak jarang membuat tabungan menjadi defisit disebabkan pola hidup konsumtif dan hedonis karena tidak bisa membedakan antara kebutuhan (need) dan keinginan (want).  

Kebutuhan (need) adalah fungsi dasar atas segala sesuatu yang benar-benar penting, seperti rumah untuk tempat tinggal, makanan untuk nutrisi, alat transportasi untuk pergi ke kantor, pendidikan untuk masa depan anak-anak. 

Sedangkan keinginan (want) adalah kebutuhan tambahan yang sebenarnya tidak mengganggu hidup tetapi seringkali digunakan untuk mengharapkan sesuatu. Misalnya rumah megah agar terlihat berharta, mobil mewah agar terlihat berlimpah, baju branded atau tas branded agar terlihat berpunya. Keinginan untuk menegaskan status sosial seseorang sekaligus membuktikan kepada orang lain bahwa dia mampu memiliknya. 

Kita sebagai manusia terkadang lalai, dan butuh seseorang untuk mengingatkan dan orang terdekat yang akan mengingatkan adalah pasangan kita.

Pisahkan Rekening Kebutuhan Sehari-hari dan Rekening Tabungan

Dalam era milenial seperti saat ini sistem perbankan juga semakin canggih. Sekarang nasabah tidak perlu lagi harus pergi ke bank, cukup dengan klik atau menekan tombol gadget saja kita sudah bisa melakukan transaksi atau melakukan perbankan. 

Oleh karena itu pisahkanlah rekening tabungan dan kebutuhan sehari-hari. Gunakanlah mobile banking untuk kebutuhan sehari-hari karena akan memudahkan dan menghemat waktu juga tenaga. 

Tetapi untuk tabungan, gunakanlah sistem manual yaitu buku tabungan dan kartu ATM saja. Hal itu untuk meminimalisasi dan melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti terkurasnya tabungan untuk kebutuhan konsumtif.

Bersikap bijaklah dalam mempergunakan uang Anda. Karena pola pengelolaan keuangan keluarga anda saat ini akan mempengaruhi kehidupan di masa tua nanti. Pengelolaan keuangan keluarga satu pintu merupakan salah satu alternatif pengaturan keuangan dimana pasangan kita akan saling mengingatkan akan prioritas kebutuhan hidup. 

Hal ini mungkin akan cukup mengekang tetapi kadang kita tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan, dan butuh seseorang untuk seling mengingatkan karena dalam ikatan pernikahan selain cinta dibutuhkan juga kepercayaan.

Sumber Bacaan:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun