Mohon tunggu...
Rise Nurhasanah
Rise Nurhasanah Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga dan freelance researcher -

Main Job as housewife with 3 lovely children Side Job as biostatistican

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melangkah Seirama dalam Pernikahan

12 April 2018   04:15 Diperbarui: 12 April 2018   06:41 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan hiburannya. Bahkan ada yang sengaja melakukan foto pre-wedding padahal mereka belum menjadi suami-istri. Sebagian besar sibuk mempersiapkan hari-H, padahal aturan Islam memudahkan, yaitu cukup adanya wali, ijab-kabul dan mahar pernikahan.

Banyak yang lupa tentang apa yang seharusnya dipersiapkan yaitu persiapan ruhiyah dan mental. Caranya bagaimana? Perbanyaklah mengkaji ilmu mengenai pernikahan agar nanti tidak kaget menjalaninya, contoh yang paling gampang adalah banyak membaca buku.

Ada Visi dan Misi Pernikahan

Setelah mempersiapkan pernikahan langkah selanjutnya adalah membuat visi dan misi pernikahan. Visi dan misi ini kadang menjadi alasan perceraian. Padahal visi dan misi seharusnya dibuat pada saat taaruf/perkenalan. Visi dan misi ini bermanfaat untuk menentukan tujuan pernikahan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Jika sudah menikah namun belum punya visi dan misi sama sekali maka diskusikanlah dengan pasangan dan segeralah membuatnya. Bukankah organisasi sekecil apa pun harus mempunyai visi dan misi?. Apalagi pernikahan yang akan berlangsung lama bahkan sampai akhir hidup kita?

Suami Engkau adalah pemimpin

Seringkali terjadi kasus bahwa suami tidak dapat mengambil keputusan untuk keluarganya. Kadang dia seperti anak laki-laki yang terjebak dalam tubuh orang dewasa. Mereka lebih mengutamakan hobinya yang menyita waktu, perhatian dan biaya daripada mengurus anak dan istrinya.

Mereka tidak dapat mengambil keputusan saat istri bermasalah, anak bermasalah, bahkan ekonomi keluarga bermasalah. Mereka seolah-olah asyik dan terkukung dalam dunianya sendiri. Ada juga suami yang menganggap dirinya sebagai raja. Semua minta dilayani, tanpa membantu sedikit pun.

Seorang pemimpin dalam keluarga tidak hanya bertanggung jawab mengenai nafkah. Tetapi bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keluarganya. Termasuk akhlak semua anggota keluarganya.

Bukankah kita ingin masuk surga sekeluarga bersama-sama?. Pemimpin adalah pengambil keputusan, pembimbing keluarganya kepada jalan kebaikan, memberitahu ketika berbuat salah dan tentunya bertanggung jawab kepada Allah Sang Pencipta mengenai keluarganya.

Istri Engkau adalah pakaian bagi suamimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun