Pergeseran pembelajaran muka ke pembelajaran berbasis internet mendorong peneliti untuk mengkaji suatu pendekatan baru. George Siemens merupakan pelopor MOOC (Massive Open Online Course).Â
Dia melahirkan konsep konektivisme yang menjelaskan fenomena belajar masa kini dimana belajar tidak hanya di ruang kelas, namun juga memanfaatkan internet sebagai media dan sumber utama belajar.
Konektivisme merupakan teori pembelajaran yang mengannggap bahwa pengetahuan ada dalam sistem yang diakses melalui orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan. Maksudnya, pengerahuan dan pemahaman terdistribusi diantara jaringan orang-orang dan teknologi.Â
Salah satu ciri dari konektivisme adalah penggunaan jaringan koneksi untuk belajar. Dalam konektivisme, pembelajaran terjadi ketika pembelajar terhubung dalam komunitas belajar dan memberi makna informasi kedalamnya. Sebuah komunitas belajar adalah jaringan individu yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Konektivisme memandang pembelajaran sebagai proses menciptakan koneksi dan mengembangkan jaringan. Walaupun sebenarnya tidak semua koneksi memiliki kekuatan yang kuat.
Terdapat beberapa prinsip konektivisme yaitu 1) Pembelajaran dan pengetahuan terletak pada keragaman pendapat; 2) Belajar adalah proses menghubungkan sumber informasi; 3) Pembelajaran mungkin berada di peralatan yang bukan manusia; 4)Â
Kemampuan untuk mencari informasi lebih penting daripada informasi itu sendiri; 5) Memelihara koneksi diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan; 6) Kemampuan untuk melihat hubungan antar ide dan konsep merupakan keterampilan inti; 7) Tujuan oembelajaran adalah keakuratan dan kebaharuan informasi, 8) Pengambilan keputusan merupakan proses pembelajaran, perubahan media informasi dapat memengaruhi keputusan.
Beberapa implikasi dari teori konektivisme dalam pembelajaran berbasis digital, seperti :
a) Siswa dimasa depan menjadi pembelajar yang otonom dan independent untuk memeroleh informasi yang valid dan akurat untuk membangun basis pengetahuan.
b) Beberapa informasi lama bisa saja menjadi usang, sehingga siswa harus mampu memelajari informasi lama dan membandingkannya pada informasi baru. Informasi bisa tersedia dengan sangat cepat. Siswa harus mampu mengidentifikasi informasi penting dan tidak penting,
c) Siswa harus kritis dalam memilih informasi yang benar atau yang salah dari hasil membandingan dari berbagai sumber bacaan.
d) Informasi dapat disebarkan pada seluruh dunia. Artinya, siswa di masa depan dapat terhubung dengan siapapun di seluruh dunia untuk memeriksa pendapat dan berbagi pemikiran dengan orang di dunia.
e) Inovasi dan teknologi menyebabkan informasi menjadi melimpah. Artinya, siswa dapat mengekspos ke bidang lain sehingga pembelajaran menjadi multidisiplin ilmu.
Sumber :
Lie, Anita. Mutiara Andalas. 2020. Mendidik Generasi Milenial Cerdas Berkarakter. Yogyakarta : PT. Kanisus.
Rusli, Muhammad. Dadang Hermawan, I Gusti Agung Vony Purnama. 2021. Pembelajaran Daring yang Efektif: Prinsip dasar, pengembangan, desain dan asesmen. Jakarta : Media Sains Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H