Penerima boleh saja menolak menerima dan mengembalikan paket tersebut kepada kurir, tentunya syarat dan aturan berlaku sesuai ekspedisi yang digunakan.
Dua penjelasan diatas juga menggambarkan kerugian COD dari sisi kurir. Entah apakah ada kerugian "materi" kepada pihak ekspedisi, tetapi jelas kurir jelas dirugikan dari sisi waktu, tenaga dan bensin.Â
Jelas saja, kurir bertanggungjawab atas sampainya barang yang dikirim dari penjual ke pembeli. Proses "cancel" paket dengan alasan tertentu pasti membuat kurir kecewa, namun hal tersebut lumrah dilakukan karena sistem pembayaran COD.Â
Selain itu, adapula kasus kurir COD jadi sasaran amarah penerima paket karena paketnya bermasalah. Padahal tugas kurir hanya mengantarkan barang, kurir tidak bertanggungjawab atas perbedaan isi paket yang dipesan dengan isi paket yang datang.Â
Hal ini perlu disosialisasikan ulang mengenai sistem pembayaran COD, agar kesalahan isi paket hendaknya tidak dibebankan kepada kurir.
Overall, COD akan sangat inovatif dan nyaman digunakan jika pembeli dan penjual menerapkan prinsip kejujuran sehingga tidak merugikan pihak lainnya (kurir).Â
Selain itu, diperlukan ide dari e-commerce agar pembayaran COD menjadi lebih aman dan terpercaya. Sehingga akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pembeli. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H