Mohon tunggu...
Riscky Ellya Yuniawati
Riscky Ellya Yuniawati Mohon Tunggu... -

tingkat ahkir pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Masjid Sulthoni Plosokuning sebagai Batas Kerajaan (wisata religi di Kecamatan Ngaglik)

23 September 2014   03:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:53 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Sulthoni Plosokuning berada di Jl. Plosokuning Raya No. 99, desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan menempati area sebesar 2.500 meter persegi tanah milik kasultanan Yogyakarta, dengan luas bangunan seluas 288 meter persegi pada saat dibangun dan mengalami pengembangan hingga saat ini menjadi 328 meter persegi.

Masjid Sulthoni Plosokuning sendiri dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono III yang merupakan ayahanda P. Diponegoro, yaitu ketika Kyai Raden Mustafa (Hanafi I) menjadi abdi dalem masjid. Dibangun setelah bangunan masjid agung di Kauman Yogyakarta, sehingga bentuknya mirip karena meniru Masjid Agung Kauman tersebut, bahkan komponen Masjid yang terdiri dari Mihrab, kentongan dan bedug sama. Masjid ini merupakan salah satu Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta selain Masjid Jami’ An-Nur Mlangi, Masjid Sultan Agung Babadan Baru, Masjid Nurul Huda Dongkelan, dan Masjid Taqwa Wonokromo.

Masjid Sulthoni Ploso Kuning telah mengalami beberapa kali renovasi, dan beberapa arsitektur tradisionalnya ada yang berubah, seperti halnya lantai saat ini sudah berubah dari plesteran biasa menjadi lantai keramik. Renovasi tersebut terjadi pada tahun 1976 berupa penggantian lantai dari plesteran menjadi tegel biasa. Kemudian tahun 1984 dilakukan penggantian daun pintu dan juga temboknya. Pada tahun 2000 kembali dilakukan renovasi pada empat tiang utamanya dan beberapa elemen, pada tahun 2001 kembali mengalami renovasi pada bagian serambi dan tempat wudhu, yang oleh dilakukan Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bersamaan dengan itu masyarakat setempat secara swadaya mengganti latai tegel dengan keramik dan juga memasang konblok di halaman masjid serta mendirikan menara pengeras suara.

Pada bagian gerbang masjid terdapat undakan yang dibuat sedemikian rupa untuk menunjukkan beberapa hal. 3 undakan pertama menunjukkan 3 elemen yakni Iman, Islam, dan ikhsan. Kemudian 5 undakan kedua menunjukkan bahwa rukun islam ada 5, dan 6 undakan ke tiga bertujuan menunjukkan bahwa rukun iman ada 6. Masjid Pathok negoro sendiri mempunyai ciri khas beratap tajuk dengan tumpang dua, sedangkan mahkota masjid terbuat dari tanah liat dan atap terbuat dari sirap. Jumlah tumpang yang ada tersebut sebagai tanda bahwa kedudukan masjid masjid tersebut adalah dibawah Masjid Agung Kauman yang mempunyai tumpang tiga. Ciri lain yang menjadi cirikhasnya adalah adanya pohon sawo kecik, mimbar didalam masjid dan kolam keliling. Namun hanya masjid Sulthoni Plosokuning yang masih mempertahankan bentuk asli selain masjid pathon negoro yang lain , hanya saja atap yang berupa sirap sudah berganti sejak tahun 1946 (disarikan dari berbagai sumber)

1411393785171096336
1411393785171096336

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun