Mohon tunggu...
Risa Suryanti
Risa Suryanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Child Psychologist

konseling anak dan remaja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pahami Kondisi Anak yang Konsentrasinya Terganggu

18 September 2023   10:37 Diperbarui: 10 Oktober 2023   06:04 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali keluhan orang tua saat anak awal masuk di kelas 1 SD. Salah satu keluhan yang banyak disampaikan yaitu mengenai konsentrasi anak yang pendek. Kurang konsentrasi untuk memperhatikan instruksi dari guru maupun untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan saat anak sedang bermain atau menonton TV, anak-anak sangat konsentrasi bahkan sampai berjam-jam.

Saat anak-anak terlihat tidak konsentrasi, beberapa kondisi yang orang tua harus amati, antara lain :

1. Durasi : lamanya konsentrasi (5 menit? 10 menit?)

2. Setting : di setting mana anak terlihat tidak konsentrasi (dalam situasi belajar? dalam situasi bermain?)

3. Kemampuan memahami informasi : paham setelah 1x instruksi? pengulangan instruksi? perlu disertai contoh kongkrit? kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas?

4. Kemampuan mengelola gerak : kemampuan duduk tenang di kursi, kebutuhan gerak anak (sangat aktif? cenderung pasif?)

5. Kemampuan mengelola emosi : perilaku anak saat kondisi tidak sesuai dengan keinginan

6. Kemampuan dalam interaksi : sangat aktif dengan teman sebaya/lebih tua/lebih muda, aktif/pasif saat berada di lingkungan baru, cenderung banyak bicara/ minim bicara, impulsif/tidak impulsif, bersedia menunggu antrian/ tidak sabar menunggu antrian, suka memotong pembicaraan dsb

Dengan berbagai keluhan seperti tidak bisa fokus, tidak bisa duduk diam maka banyak sekali kemungkinan penyebab tidak konsentrasi. Misalnya terkait akademik, ada anak yang merasa soal-soal terlalu mudah atau terlalu sulit, sehingga mereka merasa bosan, menghindar, atau tidak menyelesaikan tugas. 

Terkait kebutuhan fisik, ada anak tidak fokus karena mengalami kendala pada indra pendengaran, indra penglihatan. Terkait emosi sosial, ada anak yang tidak fokus karena tertarik dengan mainan teman, ingin ngobrol sama teman, dst. Dalam beberapa kasus, ada juga anak tidak konsentrasi karena mengalami gangguan tumbuh kembang seperti anak dengan Intellectual Disability (ID), Autism Spectrume Disorder (ASD), Learning Disabilities, Attention Deficit Disorder/Attention Deficit and Hyperactive Disorder (ADD/ADHD). Artinya banyak kemungkinan penyebab anak-anak tidak konsentrasi. 

Saat anak dibawa ke psikolog, psikolog akan  melakukan assesment pada fungsi eksekutif anak-anak. Fungsi eksekutif berkaitan dengan ketrampilan komponen kognitif yang berfungsi untuk meregulasi (mengendalikan dan mengarahkan), dan memunculkan kesadaran dalam pikiran, perasaan, tingkah laku dalam mencapai suatu tujuan aktivitas di setting kehidupan (Branstter, 2014) (Rief, 1993)

Fungsi eksekutif ini terdiri dari beberapa komponen seperti :

1. Atensi (fokus, mempertahankan, selektif, pengalihan, fleksibilitas).

2. Daya Ingat (sensory memory, working memory, long term memory).

3. Perencanaan dan Organisasi (cara anak dalam melakukan tugas dan aktivitas, managemen waktu)

4. Regulasi emosi (pengelolaan frustasi, pengendalian emosi/impuls)

5. Regulasi gerak (mengatur dan mengerahkan gerak)

6. Meta kognisi (memonitor, mengevaluasi diri, dan self talk)

Ada 6 komponen yang saling berkolaborasi sehingga seorang anak menunjukkan perilaku tertentu. Dari 6 komponen tersebut, psikolog akan melihat komponen yang mana yang kuat dan komponen lemah. Orang tua/guru dapat memberikan pelatihan sesuai dengan kondisi dari masing-masing anak. Beberapa permainan yang dapat dikembangkan untuk melatih fungsi eksekutif antara lain :

1. Bermain kartu warna (visual, auditori) : anak diminta untuk memencet tombol saat disajikan kartu warna merah, dan tidak boleh memencet tombol saat tidak disajikan kartu warna merah. Permainan ini untuk melatih atensi.

2. Bermain memilih pasangan kartu warna (visual, auditori) : sajikan pasangan kartu (hitam - merah, hitam - hijau, hitam - biru). Jika terapis menyajikan kartu warna merah setelah warna hitam, maka anak harus memencet tombol. Bila terapis menyajikan kartu hijau setelah kartu hitam atau kartu biru setelah warna hitam, maka anak tidak boleh memencet tombol. Permainan ini untuk melatih selektif atensi dan rentang atensi.

3. Bermain dengan meminta anak menyusun pola balok sesuai dengan gambar pola yang diperlihatkan selama 1-2 detik, meminta anak untuk menggambar bentuk sesuai pola yang disajikan selama 1-2 detik, dst. Kegiatan ini untuk melatih working memory.

4. Bermain maze dengan tingkat kesulitan yang bertahap dari taraf yang mudah ke sulit. Kegiatan ini untuk melatih komponen perencanaan dan organisasi

5. Bermain menjadi patung dengan diiringi musik tertentu. Anak diminta untuk berjoget dan berhenti lalu mematung saat musik berhenti (pause). Anak dapat berjoget kembali saat musik kembali dinyalakan. Kegiatan ini untuk melatih regulasi emosi dan regulasi gerak anak.

Selain paham kebutuhan, kelebihan dan kelemahan anak, orang tua perlu memahami bahwa anak mempunyai batas konsentrasi di setiap usianya. Rentang konsentrasi anak di setiap usia 3-5 menit. Jadi misal saat ini anak berusia 4 tahun, rentang konsentrasi antara 12-20 menit. Tergantung kondisi dan minat anak terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Apabila anak sangat berminat dengan kegiatan yang disajikan, ia mampu bertahan sampai 20 menit. Namun jika ia tidak minat dengan kegiatan yang disajikan, maka saat ia mampu bertahan dengan kegiatan tersebut selama 12 menit itu bisa dikatakan konsentrasi masih kategori cukup baik.

Semoga artikel ini menambah pemahaman dan memperdalam penghayatan kita terhadap kondisi anak-anak.

Sehat dan semangat selalu untuk para mama hebat dalam membersamai anak-anak... Semoga Allah mudahkan dalam segala daya upaya... aamiin...

Sumber pustaka

Branstter, R. (2014). The Everything Parent's Guide To Children WithExecutive Functioning Disorder. New York: Adams Media.

Rief, S. (1993). How To Reach and Teach ADD/ADHD Children : Practical Techniques, Strategies and Interventions for Helping Children with Attention Problem and Hyperactivity. USA: The Center for Applied Research in Education.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun