Mohon tunggu...
Risang Rimbatmaja
Risang Rimbatmaja Mohon Tunggu... Freelancer - Teman kucing-kucing

Full time part timer | Fasilitator kampung | Sedang terus belajar bergaul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan, Suatu Peristiwa Sosial

8 Juni 2024   12:41 Diperbarui: 8 Juni 2024   12:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teirngat di Sudan, saat makan bersama, individu-individu tidak boleh (rakus) menumpuk makanannya sendiri. Ambil sedapatnya tangan. Dan menunggu gilaran juga. Mesti lihat juga apakah teman yang lainnya sudah dapat cukup makan?

Juga tidak bisa ikuti selera sendiri. Mesti makanan yang disukai bersama. Bahannya tersedia secara umum. Yang ada di pasar, di sekitaran. Harganya pun kudu terjangkau. Makanya, makanan yang disajikan terbilang sehat. Masih fresh. Bukan pabrikan, yang di sana jadi agak ke barat-baratan.

Mengingat kembali teman-teman di sana, memang jarang dari mereka yang terlihat kelebihan berat badan.

Mungkin gara-gara faktor sosial makan itu sehingga orang-orang tidak seenaknya mengumbar nafsu makan (pribadi). Apa itu juga yang membuat perilaku makan tidak mudah ditipu korporasi makanan (yang mengeksplotasi nafsu pribadi) untuk menumpuk keuntungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun