Tetapi, kalau masuk ke pekarangan dan memetik buah atau sayur orang lain ternyata banyak dilakukan orang dan dianggap biasa saja, maka enforcement sulit menghasilkan perubahan perilaku.
Berapa banyak polisi harus mengawasi? Berapa banyak jam kerja yang harus diinvestasikan? Kalau orangnya "tertangkap", berapa banyak yang bisa diadili? Sanggup sistemnya?
Belum lagi menghadapi penolakan atau bahkan perlawanan. Tega tetap memaksanya?
Untuk enforcement salah satu kuncinya adalah di norma. Orang-orang yang hendak diubah perilakunya harus dianggap devian atau penyimpang. Khususunya, devian berkonotasi negatif. Dan yang namanya devian, jumlahnya harus lebih sedikit.
Nah, sekarang apakah pelanggaran perilaku-perilaku dalam PSBB sudah dianggap penyimpangan oleh kebanyakan warga? Apakah kebanyakan kita menganggap orang yang berkerumun itu "jahat"?
Kalau belum sampai tingkatan itu, maka E yang lain mesti banyak dimainkan, khususnya Education.
Tapi tentu, education yang bener. Bukan cuma sosialisasi via mobil keliling yang melintas terlalu cepat, selebaran peraturan yang ditempel di sana sini atau lainnya. Edukasi serius, cepat dan terukur.
Kalau pendukung norma sudah banyak dan mulai beranjak jadi mayoritas, barulah enforcement diterapkan. Masih ada waktu untuk membuat edukasi yang efektif. Tapi harus buru-buru, waktu tinggal dikit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H