Mohon tunggu...
Risangka Fiqri
Risangka Fiqri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Aqidah dan filsafat islam, Universitas Darussalam Gontor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meninjau Pemikiran Filosofis Nietzsche dalam Perspektif Islam

31 Oktober 2024   10:25 Diperbarui: 31 Oktober 2024   10:49 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Nihilismus (Nihilisme)

            Nihilisme sesungguhnya adalah sebuah aliran filsafat. Nihilisme, sesuai dengan namanya yakni segala sesuatu yang kita percayai termasuk Tuhan sesungguhnya tidak ada. Tujuan Nihilisme adalah untuk memutuskan dan mengakhiri keputusan terhadap kebenaran pemikiran metafisis tradisional. Nihilisme dijelaskan dalam Die Frohliche Wissenscahft (Nietzsche, 75:1882) untuk menunjukkan bahwa nilai atau aturan moral yang pernah dianggap bernilai bermakna kini sudah mulai memudar dan menuju keadaan yang kosong atau nihil.

4. Der Got Ist Tot (Tuhan Sudah Mati)

            Ungkapan ini dapat kita temukan dalam beberapa karya Nietzsche, contohnya Also Sprach Zarathustra, Die Frohliche Wissenschaft, dan Der Tolle Mensch. Ungkapan ini sesungguhnya menunjukkan hal yang kontras dengan kondisi psikologi Nietzsche sebelum menjadi filsuf. Nietzsche pernah bercita-cita menjadi calon pendeta. Nietzsche memang menyerukan "Tuhan sudah mati" tapi ia masih memiliki jiwa religiusnya. Bukti bahwa Nietzsche tidak pernah kehilangan jiwa religiusnya dapat kita temukan dalam salah satu surat yang ditujuan untuk sahabatnya, Koselitz, pada tahun 1881. Dalam surat tersebut Nietzche mengatakan ( Almond, 2007:4)

            "Tanyakan kepada sobat lama Gersdorff, maukah ia pergi bersamaku ke Tunisia selama satu tahun atau dua tahun...Aku ingin hidup untuk beberapa waktu bersama orang-orang Muslim, di suatu tempat di mana mereka mempraktekkan keimanan mereka dengan saleh."

            Sesungguhnya ketika Nietzsche berseru "Tuhan sudah mati", ia tidak bermaksud mau membuktikan bahwa ia tidak percaya Tuhan. Tapi ia hanya ingin menunjukkan situasi zaman yang sudah kehilangan apa yang dulu dianggap paling sakral bagi setiap manusia. Karena masyarakat yang sezaman dengannya maupun setelahnya ialah masyarakat beragama namun tidak mencari atau memberi makna Tuhan dalam hidupnya. 

Kritik  Atas Penolakan Pemikiran Filosofis  Nietzsche

          Dari penjelasan diatas tentang pemikiran Nietzsche, bukan berarti pernyataannya tidak terbantahkan melainkan menimbulkan banyak pertanyaan untuknya. Jika Tuhan tidak ada, bagaimana Nietzsche menjelaskan asal-usul adanya manusia, jika adanya tidak diciptakan oleh siapapun? Jika kebenaran adalah subjektif dan subjektivitas itu sendiri, lalu bagaimana Nietzsche menggambarkan kesalahan? Apakah manusia unggul Nietzsche dapat berdiri sendiri dan tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan Tuhan?.

            Nietzsche dan para pengikutnya tidak dapat menjelaskan bagaimana sebab awal mula terjadinya manusia, karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwasannya segala sesuatu pasti ada yang menciptakan terutama terciptanya alam semesta dan seisinya, tiada lain yaitu adanya Allah SWT yang menciptakan segalanya. Mereka hanya mengatakan ada begitu saja tanpa bisa menjelaskan sebab adanya, dan memang mereka menghindari membicarakan sebab tersebut, karena penyimpulan adanya sebab pada mulanya adalah suatu determinasi. Bagaimanapun, penghindaran ini adalah suatu kelemahan ontologis, atau lebih merupakan suatu simplisitas ontologis.

            Pertanyaan bagaimana mereka menggambarkan kesalahan, apabila kebenaran adalah subjektif, ada kritik yang bisa diajukan. Jika kebenaran bersifat subjektif maka kesalahan juga bersifat subjektif. Jika kebenaran dan kesalahan adalah subjektif, maka bagaimana membedakan kebenaran dari kesalahan.

            Sesungguhnya manusia unggul Nietzshe tidak dapat berdiri dengan sendirinya tanpa bantuan Tuhan, seharusnya manusia unggul Nietzsche diubah menjadi insan kamil. Seperti yang dijelaskan oleh Iqbal, insan kamil adalah sang mukmin, yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan. Insan kamil bagi Iqbal adalah sang mukmin yang merupakan makhluk moralis, yang dianugerahi kemampuan rohani dan agamawi. Untuk menumbuhkan kekuatan dalam dirinya, sang mukmin senantiasa meresapi dan menghayati akhlak Ilahi. Figur insan kamil ini adalah diri Rasulullah Muhammad SAW yang seluruh hidup dan kehidupannya dipergunakan untuk menjalankan dan menegakkan kalimatullah, menegakkan kemanusiaan dengan penuh semangat dan kreativitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun