Bayu pun menurut untuk pulang.sampai di rumah,mama malah meminta Bayu untuk ikut pemuridan di gereja.
Yah,dari pada ribut memlulu,Bayu pun mendaftar.tapi,ah tidak ada manfaatnya.materi yang diberikan biasa saja,masih lebih susah pelajaran Agama di sekolah.
Bayu juga bersikap acuh tak acuh dengan teman sekelasnya di pemuridan gereja.tak heran,hanya sedikit yang Bayu kenal.itu pun sekedar basa-basi.Bayu sudah kehilangan kepercayaan terhadap orang lain.
Waktu berlalu,dan menjelang akhir pelajaran,diadakanlah sebuah retreat.
Saat sesi akan segera di mulai,Bayu belum mendapat mentor.ia pun mulai mengumpat didalam hati:
"ah sialan,aku dicuekin seperti ini! Mending minggat aja!"
Namun,sebelum niat tersebut terlaksana,Pak Gustianto yang merupakan wakil gemabala di mana Bayu berjemaat datang menghampiri Bayu,untuk menjadi mentornya
"coba kamu cerita sama saya mengenai papa kamu" Pak Gustianto memulai percakapan.entah kenapa,saat itu Bayu benar-benar menumpahkan isi hatinya,padahal biasanya? Mulutnya selalu terkunci rapat dalam urusan pribadi
"kenapa dulu papa terlalu sibuk? Dan kenapa saat saya mulai akrab,Tuhan malah memanggil papa terlalu cepat?" Bayu mengakhiri unek-unek yang mengganjal di dalam hatinya dengan bibir bergetar menahan tangis
Tiba-tiba,Pak Gustianto memeluk Bayu dan berkata: " kamu boleh panggil saya papa mulai dari sekarang"
Hati Bayu bergetar "hah? Apa tidak salah? Orang ini meminta saya memanggil dia papa? Siapa saya? Saya tidak ada hubungan dengan dia? Kenal juga tidak! Tapi kenapa??" meskipun banyak pertanyaan berkecamuk,namun ada rasa damai sejahtera dalam hati Bayu