Mohon tunggu...
Risang Bayu
Risang Bayu Mohon Tunggu... -

Imago Dei

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Papa dari Surga

24 Maret 2012   10:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bayu pun menurut untuk pulang.sampai di rumah,mama malah meminta Bayu untuk ikut pemuridan di gereja.

Yah,dari pada ribut memlulu,Bayu pun mendaftar.tapi,ah tidak ada manfaatnya.materi yang diberikan biasa saja,masih lebih susah pelajaran Agama di sekolah.

Bayu juga bersikap acuh tak acuh dengan teman sekelasnya di pemuridan gereja.tak heran,hanya sedikit yang Bayu kenal.itu pun sekedar basa-basi.Bayu sudah kehilangan kepercayaan terhadap orang lain.

Waktu berlalu,dan menjelang akhir pelajaran,diadakanlah sebuah retreat.

Saat sesi akan segera di mulai,Bayu belum mendapat mentor.ia pun mulai mengumpat didalam hati:

"ah sialan,aku dicuekin seperti ini! Mending minggat aja!"

Namun,sebelum niat tersebut terlaksana,Pak Gustianto yang merupakan wakil gemabala di mana Bayu berjemaat datang menghampiri Bayu,untuk menjadi mentornya

"coba kamu cerita sama saya mengenai papa kamu" Pak Gustianto memulai percakapan.entah kenapa,saat itu Bayu benar-benar menumpahkan isi hatinya,padahal biasanya? Mulutnya selalu terkunci rapat dalam urusan pribadi

"kenapa dulu papa terlalu sibuk? Dan kenapa saat saya mulai akrab,Tuhan malah memanggil papa terlalu cepat?" Bayu mengakhiri unek-unek yang mengganjal di dalam hatinya dengan bibir bergetar menahan tangis

Tiba-tiba,Pak Gustianto memeluk Bayu dan berkata: " kamu boleh panggil saya papa mulai dari sekarang"

Hati Bayu bergetar "hah? Apa tidak salah? Orang ini meminta saya memanggil dia papa? Siapa saya? Saya tidak ada hubungan dengan dia? Kenal juga tidak! Tapi kenapa??" meskipun banyak pertanyaan berkecamuk,namun ada rasa damai sejahtera dalam hati Bayu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun