Perdagangan moral bukan hanya persoalan individu, tetapi persoalan kolektif. Ketika kita terus membiarkan nilai-nilai ini diperdagangkan, kita sebenarnya sedang menciptakan dunia yang semakin jauh dari keadilan dan kebaikan. Oleh karena itu, kita harus mulai dari diri sendiri, dengan mengintegrasikan nilai moral dalam setiap tindakan kita, tanpa kalkulasi atau motif tersembunyi.
Seperti yang diungkapkan oleh Mahatma Gandhi, "Be the change that you wish to see in the world." Karena hanya dengan menjadi refleksi moral yang sejati, kita dapat membangun dunia yang lebih otentik dan manusiawi.
Banjar, 28 Januari 2025
Referensi
Bauman, Z. (1993). Postmodern Ethics. Oxford: Blackwell.
Brezina, T., & Phipps, K. (2020). Virtue Signaling and Social Media: The Dynamics of Moral Branding. Social Media Studies.
Festinger, L. (1957). A Theory of Cognitive Dissonance. Stanford: Stanford University Press.
Heider, F. (1958). The Psychology of Interpersonal Relations. New York: Wiley.
Merritt, A. C., Effron, D. A., & Monin, B. (2010). "Moral Self-Licensing: When Being Good Frees Us to Be Bad." Social and Personality Psychology Compass, 4(5), 344-357.
Rachels, J., & Rachels, S. (2019). The Elements of Moral Philosophy. New York: McGraw-Hill.
Nietzsche, F. (1883). Thus Spoke Zarathustra.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI