Mohon tunggu...
Risal Gantizar Gifari
Risal Gantizar Gifari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Administrasi Pendidikan - Teknisi Hardware Komputer & Operator Data - Pelaksana Manajemen Pendidikan

Saya adalah seorang Dosen sekaligus Pegawai Honorer, maklum istilah orang Sunda itu saya 'berbakat' alias 'bakat ku butuh' (saking butuhnya) untuk menyambung hidup, jadi saya mengambil dua pekerjaan sekaligus, hehe... Saya senang membaca dan menulis, juga hobi main game dan kadang LIVE game balap Rally di TikTok, nama akunnya @tag.yaz (Uncle_Boomer~80s😎)

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ahmad bin Fadlan: Jejak Islam di Tanah Viking

21 Januari 2025   17:46 Diperbarui: 21 Januari 2025   17:46 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada saat yang sama, Ahmad bin Fadlan juga tidak segan mencatat kekurangan yang ia temui dalam budaya lain. Ia menggambarkan kebiasaan minum alkohol bangsa Rus dengan nada prihatin, mengingat dalam Islam alkohol dilarang karena dampaknya yang merugikan. Namun, ia tetap menunjukkan empati, menyadari bahwa kebiasaan ini berakar pada tradisi yang telah berlangsung lama. Pendekatan ini mengajarkan kita pentingnya memberikan kritik yang membangun tanpa merendahkan pihak lain.

Kisah Ahmad bin Fadlan di tanah Viking juga memberi kita wawasan tentang bagaimana Islam tidak hanya menjadi agama, tetapi juga peradaban yang membawa ilmu pengetahuan, seni, dan etika. Ketika ia memperkenalkan Islam, ia tidak hanya berbicara tentang Tuhan atau ibadah, tetapi juga tentang bagaimana menjalani kehidupan yang harmonis dengan alam dan sesama manusia. Nilai-nilai ini menjadi fondasi bagi hubungan yang ia bangun dengan masyarakat yang ia temui, membuktikan bahwa Islam dapat menjadi kekuatan pemersatu di tengah keberagaman budaya.

Perjalanan Ahmad bin Fadlan juga mengingatkan kita bahwa diplomasi bukan hanya soal politik, tetapi juga soal membangun hubungan manusiawi. Dengan rendah hati, ia belajar bahasa dan budaya masyarakat yang ia temui, menjadikannya sebagai alat untuk menjelaskan ajaran Islam dengan cara yang dapat diterima. Dalam hal ini, Ahmad bin Fadlan menunjukkan bahwa kekuatan Islam terletak pada pesan universalnya, bukan pada paksaan atau kekerasan.

Keberhasilan Ahmad bin Fadlan sebagai diplomat dan pengamat budaya tidak hanya tercermin dari penerimaan Islam oleh Volga Bulgaria, tetapi juga dari pengaruhnya yang lebih luas terhadap bangsa-bangsa lain, termasuk bangsa Viking. Walaupun bangsa Viking dikenal sebagai prajurit tangguh dan penjelajah laut yang gigih, pertemuan mereka dengan Ahmad bin Fadlan membuka babak baru dalam pemahaman mereka terhadap dunia luar. Catatan Ahmad bin Fadlan tentang bangsa Rus, yang merupakan bagian dari kelompok Viking, memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan mereka yang jarang terdokumentasi secara detail pada masa itu.

Ahmad bin Fadlan menggambarkan bangsa Rus sebagai masyarakat yang sangat menjaga penampilan mereka. Ia terkesan dengan fisik mereka yang tinggi dan kuat, serta pakaian mereka yang rapi dan dihiasi perhiasan dari emas dan perak. Namun, ia juga mencatat beberapa kebiasaan mereka yang dianggap tidak bersih menurut standar Islam, seperti jarang mandi atau tidak menjaga kebersihan alat makan. Di sinilah Ahmad bin Fadlan menunjukkan pendekatan uniknya: ia tidak hanya mengkritik, tetapi juga mencoba memahami latar belakang budaya dan geografis yang membentuk kebiasaan tersebut.

Salah satu aspek yang paling mengejutkan dari catatan Ahmad bin Fadlan adalah deskripsinya tentang ritual pemakaman bangsa Rus. Ia menjadi saksi upacara kremasi seorang pemimpin Rus yang melibatkan prosesi yang sangat rumit, termasuk pengorbanan hewan dan seorang budak perempuan yang dengan sukarela mengorbankan dirinya untuk menemani tuannya di kehidupan setelah mati. Bagi Ahmad bin Fadlan, ritual ini sangat berbeda dengan ajaran Islam, tetapi ia mencatatnya dengan objektivitas dan rasa hormat terhadap tradisi mereka. Catatan ini menjadi bukti bahwa Ahmad bin Fadlan memiliki kemampuan luar biasa untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain tanpa kehilangan prinsip-prinsip keyakinannya.

Namun, pertemuan ini bukan sekadar pertukaran budaya. Ada pengaruh Islam yang mulai masuk ke dalam kehidupan bangsa Viking melalui perdagangan dan hubungan diplomatik. Misalnya, penggunaan koin dinar dari dunia Islam yang ditemukan di situs-situs arkeologi Viking menunjukkan adanya hubungan ekonomi yang erat. Ahmad bin Fadlan, sebagai duta peradaban Islam, menjadi salah satu tokoh yang memainkan peran penting dalam memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat di utara, meskipun secara tidak langsung.

Perjalanan Ahmad bin Fadlan juga memberikan gambaran tentang bagaimana Islam diterima dengan cara yang berbeda di berbagai wilayah. Di Volga Bulgaria, Islam diterima sebagai agama resmi dan menjadi dasar bagi sistem pemerintahan mereka. Namun, di wilayah Viking, pengaruh Islam lebih bersifat kultural, memengaruhi cara mereka berdagang, berinteraksi, dan memandang dunia luar. Ini menunjukkan fleksibilitas Islam sebagai agama dan peradaban yang mampu beradaptasi dengan konteks lokal tanpa kehilangan esensi universalnya.

Ahmad bin Fadlan juga menjadi teladan dalam bagaimana seorang Muslim seharusnya menghadapi perbedaan. Ia tidak merasa superior atas budaya lain, tetapi juga tidak mengorbankan prinsip-prinsip keyakinannya. Sikap ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan dialog, bukan konfrontasi; pemahaman, bukan penindasan. Pelajaran ini sangat relevan bagi kita hari ini, ketika dunia semakin terhubung tetapi juga semakin rentan terhadap konflik akibat perbedaan budaya dan agama.

Dalam risalahnya, Ahmad bin Fadlan menutup catatan perjalanannya dengan refleksi yang mendalam tentang kebesaran Allah yang ia rasakan di sepanjang perjalanan. Baginya, setiap langkah yang ia tempuh, setiap pertemuan yang ia alami, dan setiap tantangan yang ia hadapi adalah bukti kekuasaan Allah yang menciptakan dunia yang begitu beragam namun saling terhubung. Catatan ini bukan hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam untuk terus menjelajahi dunia, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara intelektual dan spiritual.

Kisah Ahmad bin Fadlan mengingatkan kita bahwa Islam pernah menjangkau wilayah yang jauh di luar jazirah Arab, termasuk tanah Viking. Ini menunjukkan bahwa ajaran Islam, dengan pesan universalnya tentang keadilan, kebaikan, dan persaudaraan, dapat diterima oleh siapa saja, di mana saja, asalkan disampaikan dengan hikmah dan kesabaran. Ahmad bin Fadlan adalah bukti hidup bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan dialog, diplomasi, dan penghormatan terhadap keberagaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun