Mohon tunggu...
Risal Gantizar Gifari
Risal Gantizar Gifari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Administrasi Pendidikan - Teknisi Hardware Komputer & Operator Data - Pelaksana Manajemen Pendidikan

Saya adalah seorang Dosen sekaligus Pegawai Honorer, maklum istilah orang Sunda itu saya 'berbakat' alias 'bakat ku butuh' (saking butuhnya) untuk menyambung hidup, jadi saya mengambil dua pekerjaan sekaligus, hehe... Saya senang membaca dan menulis, juga hobi main game dan kadang LIVE game balap Rally di TikTok, nama akunnya @tag.yaz (Uncle_Boomer~80s😎)

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ahmad bin Fadlan: Jejak Islam di Tanah Viking

21 Januari 2025   17:46 Diperbarui: 21 Januari 2025   17:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Yang paling menarik dari cerita Ahmad bin Fadlan adalah bagaimana ia membawa Islam ke tanah Viking tanpa menggunakan kekuatan atau kekerasan. Islam diperkenalkan melalui diplomasi, dialog, dan teladan pribadi. Ini berbeda jauh dari stereotip yang sering kali mengasosiasikan penyebaran Islam dengan kekerasan. Ahmad bin Fadlan menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai dan universal, yang mampu beradaptasi dan berdialog dengan budaya mana pun tanpa kehilangan esensinya.

Catatan Ahmad bin Fadlan tentang bangsa Viking adalah salah satu bukti nyata bagaimana Islam pernah berinteraksi dengan dunia Eropa Utara. Ini adalah pengingat bahwa peradaban Islam tidak terbatas pada wilayah Timur Tengah, tetapi telah melintasi batas-batas geografis dan budaya yang sangat luas.

Ketika Ahmad bin Fadlan tiba di tanah bangsa Volga Bulgaria, ia tidak hanya menjalankan misi diplomatik, tetapi juga menjadi saksi perubahan budaya yang unik. Volga Bulgaria adalah salah satu wilayah penting yang menjadi titik pertemuan antara peradaban Islam dan Eropa Utara. Di sinilah Ahmad bin Fadlan bertemu dengan bangsa Rusiyyah---bangsa yang kini kita kenal sebagai Viking. Ia menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang tinggi, kuat, dan berambut pirang, sebuah deskripsi yang memberikan gambaran fisik bangsa Viking pada masanya. Ahmad bin Fadlan mencatat bahwa bangsa Rus memiliki keahlian luar biasa dalam berdagang, terutama barang-barang seperti bulu hewan, madu, dan lilin, yang sangat diminati di pasar-pasar Islam.

Namun, bukan hanya perdagangan yang menarik perhatian Ahmad bin Fadlan. Ia juga menyaksikan praktik-praktik budaya yang sangat berbeda dari apa yang ia kenal. Salah satu yang paling terkenal adalah ritual pemakaman bangsa Viking. Dalam catatannya, Ahmad bin Fadlan menggambarkan bagaimana bangsa Rus mengadakan upacara kremasi bagi pemimpin mereka. Tubuh pemimpin tersebut diletakkan di atas kapal bersama barang-barang berharga, lalu dibakar sebagai bagian dari penghormatan terakhir. Ritual ini mencerminkan keyakinan mereka tentang kehidupan setelah kematian, yang sangat berbeda dengan ajaran Islam yang mengutamakan penguburan sederhana.

Namun, ada satu aspek menarik dalam pengamatan Ahmad bin Fadlan: ia tidak hanya mencatat dengan kritis, tetapi juga dengan rasa ingin tahu yang tulus. Meskipun banyak dari apa yang ia lihat bertentangan dengan ajaran Islam, ia tidak pernah menggunakan nada merendahkan dalam tulisannya. Sebaliknya, ia berusaha memahami latar belakang budaya di balik praktik-praktik tersebut. Sikap ini menunjukkan kecerdasan emosional dan intelektual Ahmad bin Fadlan sebagai seorang diplomat dan pengamat.

Selain menjadi saksi ritual pemakaman, Ahmad bin Fadlan juga mencatat bagaimana bangsa Viking menjaga kebersihan tubuh mereka. Ia terkejut mengetahui bahwa bangsa Rus memiliki kebiasaan mencuci muka setiap pagi dengan air yang sama yang digunakan oleh seluruh kelompok. Meskipun dari sudut pandang Islam hal ini tidak higienis, Ahmad bin Fadlan mencatatnya sebagai bagian dari tradisi mereka, tanpa menyebutnya sebagai sesuatu yang buruk. Sikap ini menunjukkan pendekatan yang penuh penghormatan terhadap perbedaan budaya, sebuah pelajaran penting bagi kita dalam menghadapi keragaman dunia modern.

Yang menarik, interaksi Ahmad bin Fadlan dengan bangsa Viking tidak hanya terbatas pada pengamatan. Melalui diplomasi dan percakapan, ia membawa pesan Islam yang mengajarkan nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan kebijaksanaan. Meskipun tidak ada catatan yang secara spesifik menyebutkan bahwa bangsa Viking secara massal memeluk Islam, interaksi ini tetap menjadi bukti bahwa Islam pernah menyentuh tanah mereka. Hubungan ini membuka jalur pertukaran budaya yang kaya, di mana nilai-nilai Islam diperkenalkan melalui perdagangan dan diplomasi, bukan melalui kekerasan atau penaklukan.

Lebih dari sekadar pengamat budaya, Ahmad bin Fadlan adalah seorang pembawa pesan perdamaian. Ia menunjukkan bahwa Islam dapat beradaptasi dengan berbagai budaya tanpa kehilangan esensinya. Melalui catatannya, kita belajar bahwa dialog adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis di tengah perbedaan. Ahmad bin Fadlan tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga agen perubahan yang membawa nilai-nilai universal Islam ke dunia yang sangat berbeda.

Ketika Ahmad bin Fadlan menulis catatan perjalanannya, ia tidak sekadar mendokumentasikan apa yang ia lihat, tetapi juga menggambarkan bagaimana Islam diterima di tengah masyarakat yang memiliki pandangan hidup berbeda. Bangsa Volga Bulgaria, sebagai salah satu tujuan utama perjalanannya, adalah kelompok yang menunjukkan keterbukaan terhadap Islam. Ahmad bin Fadlan mencatat bagaimana mereka dengan sukarela menerima ajaran Islam, bahkan meminta bimbingan tentang tata cara ibadah, hukum Islam, dan pengelolaan pemerintahan sesuai syariat. Permintaan ini mencerminkan rasa hormat mereka terhadap peradaban Islam yang dianggap maju pada masa itu.

Namun, perjalanan Ahmad bin Fadlan tidaklah mudah. Jalur yang ia tempuh melintasi medan yang berat, dari padang pasir hingga hutan belantara, dengan ancaman dari binatang buas dan kelompok perampok. Ketahanan fisik dan mentalnya diuji, tetapi ia terus melangkah karena kesadaran akan pentingnya misi yang ia emban. Dalam risalahnya, ia menggambarkan keindahan dan tantangan alam yang ia temui, memberikan kita gambaran hidup tentang lanskap dunia abad ke-10.

Salah satu aspek paling menarik dari perjalanan Ahmad bin Fadlan adalah caranya memahami perbedaan budaya tanpa kehilangan identitas keislamannya. Ia mencatat dengan detail bagaimana masyarakat yang ia temui memandang konsep Tuhan, moralitas, dan hubungan sosial. Misalnya, bangsa Rus yang ia temui memiliki keyakinan politeistik, tetapi mereka juga menunjukkan rasa hormat terhadap nilai-nilai yang dianggap universal, seperti kejujuran dan keberanian. Ahmad bin Fadlan menjadikan ini sebagai titik awal untuk menjelaskan konsep Islam yang monoteistik, menunjukkan bagaimana ajaran Islam dapat menjadi panduan hidup yang lebih komprehensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun