Mohon tunggu...
Risaldi
Risaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahaswa

Saya seorang mahasiswa yang sedang menempuh beberapa penelitian dan ingin mempublikasikan hasil penelitian yang harapannya dapat bermanfaat besar bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa UB Pakai Enzim dari Kulit Pisang, Cemaran Fenol Beracun Bisa Terurai Cepat

20 Agustus 2022   15:36 Diperbarui: 3 September 2022   21:23 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering dijumpai pencemaran air terjadi dimana mana, dengan sungai yang sering menjadi tempat pembuangan akhir, baik limbah dari limbah rumah tangga, maupun limbah industri.

Salah Satu satu cemaran limbah cair yang banyak terdapat di perairan Indonesia yaitu senyawa fenol, yang tergolong beracun. Menurut beberapa pemberitaan cemaran fenol di indonesia telah melebihi ambang batas sebesar 1 mg/L. Fenol dalam konsentrasi yang tinggi di perairan dapat menyebabkan keracunan pada ikan dan biota perairan serta dapat menyebabkan iritasi, penurunan tekanan darah, bahkan kematian bagi manusia.

Terkait cemaran fenol tersebut lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, membuat suatu inovasi. Apa inovasinya ?

Memanfaatkan enzim dari kulit pisang untuk mengurai senyawa fenolik tersebut dengan cara bioremediasi menjadi solusi yang ditawarkan lima mahasiswa UB ini yaitu Risaldi, (Teknik Pertanian) Theodora Odelia Putri Chanry, Fransisca Mutiara Cahya Santoso, Arya Raka Ranantya Manalu (Bioteknologi) dan Jason William (Pendidikan Dokter)

Enzim dari kulit pisang yang digunakan yaitu enzim polifenol oksidase (PPO), dimana enzim ini yang menyebabkan buah atau sayur berubah menjadi warna coklat. Penelitian sebelumnya tentang bioremediasi fenol sudah pernah dilakukan tetapi kurang efektif karena hanya menggunakan enzim PPO bebas.

Perlu diketahui bahwa enzim merupakan suatu protein yang sifatnya mudah rusak atau terdenaturasi pada kondisi suhu dan Ph yang tidak stabil. Enzim yang tidak berada pada kondisi yang sesuai berpotensi untuk rusak sehingga membuat sisi aktif enzim tidak bekerja. Jelas saja untuk penerapan enzim di lingkungan yang kondisinya mudah berubah ubah bahkan ekstrem membuat kinerja enzim akan menurun. 

Begitulah penerapan enzim pada penelitian sebelumnya, sehingga enzim harus dilindungi dengan sebuah bahan agar dapat lebih stabil untuk penerapannya di lingkungan

“Inovasi yang kami tawarkan untuk bioremediasi senyawa fenol yaitu dengan penerapan enzim PPO dari kulit pisang. Namun pada inovasi ini enzim PPO yang digunakan dilakukan pelapisan dengan cara enkapsulasi menggunakan nanoabsorben kitosan dengan tujuan enzim dapat lebih stabil saat penerapannya di lingkungan. Kitosan dibentuk dengan ukuran nanopartikel karena dapat meningkatkan luas permukaan, difusi partikel, dan transfer massa yang tinggi sehingga enzim dapat tersebar merata,” ujar Risaldi, sebagai ketua tim

Proses kerja dari dari inovasi ini yaitu, enzim yang dienkapsulasi dengan nanoabsorben kitosan akan keluar dari enkapsulan dan bereaksi dengan senyawa fenol membentuk senyawa yang lebih sederhana dan tidak beracun yaitu o-quinon. O-quinon ini nantinya akan diserap oleh nanopartikel kitosan.

Berdasarkan hasil pengujian bioremediasi menggunakan inovasi ini dapat mengurai senyawa fenol sebesar 99 % dalam waktu dua puluh menit. Hasil ini lebih baik dari solusi sebelumnya yang juga menggunakan enzim PPO dimana fenol dapat terdegradasi 98 % dalam waktu yang lama yaitu 72 jam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun