Biopestisida dapat didefinisikan sebagai bahan aktif yang dibuat oleh campuran bahan alami yang mudah terdegradasi di alam. Biopestisida menjadi salah satu bahan yang digunakan untuk mengendalikan hama penyerang tanaman.Â
Biopestisida atau pestisida organik tidak langsung membunuh dan mematikan hama secara langsung, namun memiliki sifat yang sistemik. Biopestisida memiliki fungsi untuk mengganggu sistem reproduksi, mengurangi nafsu makan, dan merusak perkembangan larva serta telur yang tumbuh. Tumbuhan atau tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan biopestisida diantaranya bawah putih, daun sirsak, daun pepaya, dan cengkeh.
Mahasiswa KKN UMD 271 berusaha untuk mengenalkan produk biopestisida yang berasal dari limbah batang tembakau. Biopestisida yang berasal dari batang tembakau sangat mengundang antusias para ketua dan anggota kelompok tani jika dilihat dari sosialisasi pertama mengenai pengenalan pemanfaatan tembakau sebagai biopestisida pada tanggal 6 Agustus 2022.Â
Melihat potensi dan antuasiasme masyarakat serta kelompok tani mengenai hal tersebut, kelompok KKN UMD 271 berani melanjutkan program kerja pembuatan produk biopestisida dari limbah batang tembakau.
"Akhir-akhir ini banyak sekali hama ulat gerayak dan cacar pada daun yang merugikan para petani, sehingga kualitas dan berat daun tembakau bahkan tanaman lain menurun," ujar Bapak Devi, selaku Ketua Kelompok Tani Karya Tani IA, Desa Dawuhan, Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso (11 Agustus 2022).
Mendengar hal itu, kelompok KKN UMD 271 menginisiasi dan mencari literasi disekitar untuk pembuatan biopestisida yang akan di uji coba terlebih dahulu sebelum dilakukan pelatihan pembuatan dan uji coba langsung pada masyarakat.Â
Risa Anggraini selaku mahasiswa Jurusan Kimia, Universitas Jember sekaligus sebagai penanggung jawab dari program kerja ini mengatakan bahwa biopestisida merupakan pestisida ramah lingkungan karena berasal dari tanaman atau tumbuhan serta bahan prganik lainnya, sehingga diyakini tidak mencemari lingkungan sekitar.Â
Selain itu, Renata Nur Azizah selaku mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Jember selaku penanggung jawab kedua program kerja ini mengatakan bahwa biopestisida limbah batang tembakau dapat menambah nilai jual dan pemasukan petani karena bahan yang digunakan murah serta mudah ditemukan.
Uji coba biopestisida dilakukan dengan bantuan Bapak Kiki, dimana tanaman uji coba dilakukan di ladang Bapak Kiki. Pengujian biopestisida dilakukan setelah perendaman biopestisida yang dilakukan selama tiga hari.Â
Pengawasan pada tanaman uji coba dilakukan secara bergantian selama 6 hari berturut-turut yang dibantu oleh Atsror Ryan Alief, Thiyya Amirah Rahma, Nabilah Septa Damayanti, Fadilah Tyas Widarti Pangastuti, Andrian Ramilia Pamungkas, Muhammad Ahsan Hilmi, Muhammad Afifuddin, dan Gilang Dewala Putra.Â
Hasil dan efektivitas dari biopestisida dapat dilihat dari perubahan daun tanaman yang disemprot biopestisida batang tembakau dan dilakukan pencatatan secara berkala. Hasil menunjukkan berkurangnya cacar atau bercak putih pada daun tembakau secara signifikan, dan semakin segar serta menempelnya bunga pada tanaman cabai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H