Mohon tunggu...
Raden AnnarisaAlanta
Raden AnnarisaAlanta Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswi universitas Islam negeri sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Rasa Kepedulian Anak Usia Dini melalui Metode Bermain Peran

20 Juni 2023   19:49 Diperbarui: 20 Juni 2023   19:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UPAYA MENINGKATKAN RASA KEPEDULIAN ANAK USIA DINI MEMALUI METODE BERMAIN PERAN

Manusia sering lebih dikenal dengan sebutan makhluk berjiwa sosial yang mungkin hidupnya akan selalu bergantungan kepada orang lain. Sebagai (homo socialis) makhluk sosial, manusia sudah tentu jelas tidak bisa mengandalkan sistem tenaga kerjanya sendiri,tetapi membutuhkan orang lain dalam beberapa hal tertentu, namun terkadang hati manusia terbesit rasa sombong yang seolah olah tidak membutuhkan orang lain lagi dihidupnya dan lupa siapa dirinya dan untuk apa dirinya hidup.

Anak-anak adalah sesuatu hal yang sangat dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Memiliki anak yang perilaku baik terhadap orang lain merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Dan sebaliknya memiliki anak yang berperilaku buruk terhadap oranglain merupakan suatu kegagalan bagi orang tua dalam hal mendidik anaknya. Orang tua selalu mengharapkan anaknya memiliki jiwa bersosialisasi dengan baik serta memiliki rasa empati/ rasa kepedulian sosial yang tinggi terhadap orang lain tanpa membedakan ras, suku, budaya, agama,bahasa serta jenis kulit. Akhir-akhir ini marak sering kita jumpai fenomena yang menunjukkan kurangnya rasa empati pada anak, khususnya disekolah, salah satu contoh yang sering kita jumpai dalam lingkungan sekolah yaitu kasus "BULLYING". Tindakan ini sering terjadi disekolah bahkan dikalangan pendidikan anak usia dini sekalipun, sebagian besar dari mereka sering menunjukkan rasa ketidak peduliannya ketika melihat temannya sedang mengalami musibah, tidak peduli ketika temannya sedang terjatuh atau terluka dan tidak mau membantu teman yang sedang mengalami kesulitan dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini tentunya akan menjadi masalah yang semakin kompleks di masa yang akan datang.

Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan rasa kepedulian anak usia dini, diantaranya melalui pembelajaran yang berpusat pada anak serta melatih anak untuk bekerjasama dalam kegiatan bermain. Salah satu upaya meningkatkan rasa kepedulian anak dapat dilakukan dengan menggunakan metode bermain peran. Pada saat bermain, seorang anak akan memperhatikan bagaimana cara temannya dalam memberikan respon. Anak juga dapat belajar bagaimana caranya mengendalikan keinginannya sendiri sehingga tidak terjadi penolakan dari lingkingan sekitarnya. Salah satu fungsi permainan sosial yaitu dapat meningkatkan perkembangan sosial pada anak, khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran,anak akan belajar memahami orang lain dalam peran-peran yang akan dimainkan dan akan tumbuh menjadi pembentukan karakter yang baik khususnya meningkatkan kemampuan rasa kepedulian anak.
Definisi bermain peran mempunyai arti bermain dengan melakukan sesuatu untuk hal hal yang menyenangkan, sedangkan peran berarti pemain dalam bagian bersandiwara. Bermain peran dari pengertian tersebut adalah memainkan atau berperan melakukan sesuatu yang disandiwarakan.

Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri atas 3 tahapan yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan refleksi. Hasil kegiatan untuk setiap tahapan yaitu: pada tahap persiapan, tim menyiapkan alat dan bahan serta membimbing peserta didik melakukan berbagai
aktivitas sehingga siap untuk bermain peran. Pada tahap pelaksanaan, tim membimbing peserta didik melakukan tiga jenis kegiatan. Kegiatan 1: Membuat mozaik bentuk ayam dari cangkang telur. Kegiatan 2:Memecahkan telur dan menggoreng telur menjadi sate telur gulung. Kegiatan 3: Bermain peran menjadi penjual dan pembeli sate telur gulung. Pada tahap refleksi, dilakukan recalling dan rencana tindak lanjut. Aspek yang dinilai untuk perkembangan sosial emosional peserta didik pada kegiatan bermain peran kesempatan kepada anak untuk bergerak aktif serta dapat berinteraksi dengan lingkungannya dan mengendalikan emosinya dengan wajar. Salah satu metode bermain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sosial emosional anak yaitu metode bermain peran (Oktaviana et al., 2021). Banyak orang tua, guru dan masyarakat menganggap bahwa Taman Kanak-kanak merupakan lembaga yang hanya menyiapkan anak masuk Sekolah Dasar. Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran sebatas pengembangan kemampuan membaca, menulis dan menghitung, sehingga kesempatan meningkatkan kemampuan sosial emosional anak terabaikan.
Kemampuan sosial emosional pada anak perlu digali
dan ditumbuhkembangkan dengan cara memperbaiki
materi dan metode pembelajaran yang diberikan guru.
Bermain peran merupakan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan
imajinasinya, serta berlatih bersosialisasi,
berkomunikasi dan berempati dengan anak-anak lain
(Bakri et al., 2021).
Rendahnya nilai keterampilan sosial serta
emosional peserta didik dapat diatasi dengan
menggunakan metode bermain peran. Salah satu
caranya adalah bermain peran sebagai penjual atau
pembeli dalam suatu aktivitas jual-beli. Dengan
kegiatan bermain peran, imajinasi anak berperan
sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu,
yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari yang
anak temui. Manfaat dalam bermain peran diantaranya
adalah dapat menunjang pengembangan diri bagi anak
karena anak akan mampu mandiri dalam berinteraksi
sosial dengan orang disekitarnya (Halifah, 2020).
Terdapat perbedaan antara metode bermain peran
terhadap perkembangan sosial emosional anak dalam
perilaku prososial dengan metode konvensional
terhadap perkembangan sosial emosional anak dalam
perilaku prososial pada anak kelompok B (Dewi et al.,
2017).
Pengembangan sosial-emosional peserta didik
pada usia dini bertujuan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan peserta didik baik
perkembangaan fisik maupun psikis, yaitu intelektual,
bahasa, motorik, dan sosio emosional, lewat kegiatan
yang menyenangkan dan sesuai dengan tuntutan dan
harapan sosial yang berlaku di masyarakat (Jamilah,
2019). Apabila peserta didik yang melaksanakan
aktivitas bermain peran terlihat antusias dan gembira,
maka akan dapat berdampak positif bagi peserta didik
dalam meningkatkan keterampilan sosial dan
kecerdasan emosionalnya (Mangkuwibawa & Kurnia,
2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun