Tulisan ini menyoal topik yang lebih panas dari Gayus atau Susno karena ada ban-ban dibakar dan darah-darah manusia yang mendidih sampai tumpah, saling perang fisik hari ini di wilayah Koja, di depan makam Mbah Priok. Sebelum anda menghakimi saya, sebaiknya baca dulu tulisan ini sampai akhir, tidak akan panjang kok!
Kata-kata tersebut muncul dari obrolan ringan dengan teman sebelum kuliah. Saya sebut saja X. Syukurnya pagi tadi saya sempat lihat berita di TV mengenai isu tersebut, jadi waktu X tanya tentang "ada apa di Jakarta Utara?", saya ngeh dan bisa sedikit menjawab. Saya jelaskan bahwa ada kisruh antara pemerintah lokal dengan warga yang menolak penggusuran area makam orang yang menyebarkan Islam di area tersebut. Jawaban yang tidak berbelit-belit ini juga direspon dengan "jadi, orang-orang itu berantem hanya karena orang yang sudah mati"?. Waktu dengar jawabannya, saya senyum dan bilang "iya,buat kamu, tidak untuk warga lokal"! FYI, teman saya ini seorang Korea, yang bukan muslim, dan menghabiskan masa sekolah di Singapura. Bukan bermaksud bias sebenarnya, tapi sepertinya faktor-faktor tadi mungkin membuat dia melihat masalah tersebut bukan seharusnya jadi masalah. Saya yang muslim Indonesiapun termasuk yang tidak begitu risau dengan apakah itu digusur atau tidak. Mungkin karena saya tidak dekat dengan sosok Mbah Priok--sepertinya tidak ada di PLKJ ataupun sejarah, atau mungkin waktu sejarah Islam di Batavia, saya tidur :D. Update berita tersebut oleh TV sangat membantu mengikis minim informasi tadi, tapi tidak buat saya berhenti agak senada dengan X "Kenapa tidak lebih perhatian sama orang hidup yang masih mau hidup (damai)"?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI