Di sisi lain, representasi Mak Domu yang akhirnya berani berbicara dan mengungkapkan perasaannya memberikan konotasi pembebasan. Ini menggambarkan bahwa meskipun ada konstruksi sosial yang membatasi perempuan, mereka tetap bisa mencari cara untuk menentang dan merebut kembali hak-haknya, bahkan jika itu melibatkan konfrontasi dengan norma-norma yang sudah lama ada. Proses ini menjadi simbol perlawanan terhadap konstruksi gender yang membatasi peran perempuan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari artikel ini menunjukkan bahwa film Ngeri-Ngeri Sedap beberapa  Scenesecara efektif menggambarkan ketimpangan gender dalam masyarakat Batak melalui karakter-karakter perempuan seperti Mak Domu dan Sarma. Mak Domu berperan sebagai simbol perempuan tradisional yang terjebak dalam peran domestik dan tunduk pada otoritas laki-laki, terutama suaminya, Pak Domu. Meskipun memiliki tanggung jawab besar dalam keluarga, Mak Domu sering kali berada dalam posisi yang dibatasi oleh struktur patriarkal. Dalam adegan-adegan tertentu, seperti ketika ia hanya menyampaikan pesan yang dikendalikan oleh Pak Domu atau merasa harus menjaga citra keluarga, terlihat bahwa perempuan dalam konteks ini sering kali kehilangan otonomi mereka.
Di sisi lain, karakter Sarma mencerminkan generasi muda yang mulai meragukan peran perempuan yang telah ditentukan oleh tradisi, namun ia masih merasa terperangkap dalam ekspektasi keluarga dan masyarakat. Sarma merasa terpaksa mengikuti kehendak orang tua, seperti dalam keputusannya untuk menjadi PNS dan mengabaikan cita-cita pribadinya, serta dalam pengorbanannya demi menjaga keharmonisan keluarga. Proses ini menunjukkan bagaimana konstruksi sosial membentuk realitas perempuan dalam masyarakat patriarkal, di mana mereka sering kali diposisikan sebagai "yang lain" yang tidak memiliki kebebasan untuk mendefinisikan hidupnya sendiri. Namun, ketika Mak Domu mulai bersuara dan menuntut untuk tidak lagi diam, hal ini mencerminkan perubahan dalam konstruksi sosial dalam keluarga, di mana perempuan mulai menyadari hak mereka untuk berbicara dan menentang ketidaksetaraan. Perubahan ini juga mulai memengaruhi Sarma, yang mulai menemukan keberanian untuk melawan norma yang selama ini mengekangnya. Secara keseluruhan, film ini menggambarkan pentingnya pembebasan perempuan dari peran sosial yang dibatasi oleh tradisi dan norma patriarkal, serta perlunya dukungan untuk perempuan agar dapat menentukan hidup mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. (2019). Bentuk-Bentuk Perilaku Bias Gender. LENTERA: Journal of Gender and Children Studies, 1(1), 1–18. https://journal.unesa.ac.id/index.php/JOFC/article/view/6819%0Ahttps://journal.unesa.ac.id/index.php/JOFC
Butar-Butar, G. M. (2020). Eksistensi Perempuan Batak Toba Dalam Budaya Dan Agama. Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan, 6(2), 190–202.
Kamelia, F., & Nusa, L. (2018). Bingkai Media Online Coverage of Indonesia ’ s Debt in an Online. Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 7(1), 10–16. https://doi.org/10.21070/kanal.v
Katubi. (2004). Studi Bahasa dan Jender: Sejarah Singkat, Ancangan, dan Model Analisis. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 6(Sosiolinguistik), 37–56. https://www.google.com/search?q=teori+bahasa+dan+gender+dalam+etnolinguistik&safe=strict&sxsrf=ALeKk027M9FzK1uoXqbaJzdJb12NfiVM7A%3A1623743192451&ei=2FrIYIyJG9meyAOMxInwCQ&oq=teori+bahasa+dan+gender+dalam+etnolinguistik&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEM0COgcI
Lee, D. (2000). The Society of Society: The grand finale of Niklas Luhmann. Sociological Theory, 18(2), 320–330. https://doi.org/10.1111/0735-2751.00102
Saputri, V., & Christina. (2022). Analisis wacana kritis kesetaraan gender pada akun Instagram women march Indonesia 2018. Jurnal SEMIOTIKA, 16(2), 158–177. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/1127%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/pdf/3103009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0121-75772018000200067&lng=en&tlng=