Mohon tunggu...
Riris Rismawati
Riris Rismawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung Kelas BIB LPDP

IRT yang memiliki 5 org anak laki-laki (menuju 6 InsyaAlloh), bekerja, kuliah S2 MPI, suka membuat cerpen dan sudah membuat beberapa buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raka

23 Mei 2024   00:28 Diperbarui: 23 Mei 2024   00:29 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam pelajaran kalkulus selesai, semua mengumpulkan kertas jawaban di meja, dan biasanya aku atau Raka yang akan membawa kertas jawaban itu dan menyimpannya ke ruang dosen.

Semua kertas jawaban sudah kurapihkan dan akan kubawa ke meja Bu Laili, tapi Raka segera membawa kertas itu, "Biar saya aja yang simpan ke meja Bu Laili, kamu tadi kan udah nulis, lagian sekarang ruang dosen pindah, jadi ke lantai 3, nanti kamu cape, di gedung ini kan ga ada lift", Raka berkata sambil membawa kertas itu

"Oh i-ya, makasih ya", Jawabku, batin ku berbisik, "Raka perhatian juga ya"

"Lho, aku kok gerogi sih, suhu wajahku juga terasa menghangat, sepertinya rona kemerahan muncul di wajahku, aku kenapa sih", hatiku berbicara sendiri

Aku dan Raka memang tidak punya hubungan apa-apa, apalagi aku dan Raka sama-sama aktif di LDK, ekstrakulikuler keagamaan di kampusku, aku dan Raka sama-sama pementor untuk adik tingkat semester 1, kami sama-sama memiliki pemahaman kalau pacaran itu tidak diperbolehkan, sehingga tidak pernah terpikirkan untuk memiliki rasa suka satu sama lain

Tapi kenapa perasaanku hari ini berbeda terhadap Raka, ada perasaan aneh yang menjalar ke kalbuku, mungkinkah ini yang dinamakan cinta, aku beristighfar berulang kali, karena aku tidak mau terjebak oleh tipu muslihat syetan

Sejak saat itu aku selalu menghindar ketika ada Raka, aku benar-benar takut dengan perasaan-perasaan aneh yang muncul ketika ada dia, bahkan mendengar suaranya pun rasa bahagia memenuhi relung kalbu ku, dan aku tidak mau itu, aku takut.

Beruntung semester depan aku dan Raka tidak sekelas lagi, karena aku mengambil program studi yang berbeda dengan Raka, kegiatan mentoring juga sudah selesai, tinggal rapat evaluasi yang akan dilaksanakan sore nanti

Dadaku dag dig dug ga karuan ketika waktu menunjukkan pukul 15.45. selepas sholat ashar berjamaah  kami berkumpul di ruang sekretariat LDK, tepat pukul 16.00 kegiatan evaluasi mentoring dibuka oleh ketua panitia, aku tidak mendengar suara Raka sejak tadi, aku bersyukur.

Kami memang tidak bisa melihat siapa saja yang datang karena pementor Ikhwan dan akhwat dibatasi dengan kain tebal berwarna hijau yang kami sebut hijab, sehingga kami hanya bisa mendengar suaranya.

Aku lega tidak terdengar suara Raka, 15 menit berlalu, tetapi kemudian ada yang menyela pembicaraan ketua panitia,"Assalamu'alaikum, maaf kang saya terlambat tadi ada sedikit kendala dijalan", aku tau itu suara Raka, seketika itu juga perasaan aneh itu muncul lagi antara Bahagia dan Takut, aku salah tingkah sendiri, semoga teman-temanku tidak ada yang menyadari atau memperhatikan rona wajahku ketika suara Raka terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun