Senjata Nuklir Negara Korea Utara Dalam Pandangan Realisme
 Senjata nuklir adalah senjata yang memiliki tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya pemusnah yang sangat dahsyat, bom nuklir mampu memusnahkan sebuah Negara dan menjangkau manapun didunia. Senajata nuklir selalu menjadi symbol Negara-negara yang kuat atau Negara Superpower salah satu nya adalah Negara Korea Utara, Negara yang berada di semenanjung  asia timur laut yang pemimpin tertingginya Kim jong-un, dan Korea Utara salah satu Negara yang menganut paham komunisme yang turun menurun hingga sekarang Korea Utara terus berusaha mengembangkan senjata nuklirnya.
Satu hal yang menjadi obsesi Korea Utara yaitu mampu menandingi Amerika dari segi senjata nuklir. Meskipun Amerika Serikat sempat menjadi Negara yang terkuat di bidang militer, namun hanya berjalan sanagt singkat, Korea Utara, Rusia dan China menjadi Negara yang menakutkan. Namun Korea Utara yang paling berani nuklir, rudal dan bom hydrogen bias membuat musnah Negara-negara jika diluncurkan. Lalu senjata nuklir itu untuk menakuti dunia internasional. Sebuah info menunjukkan jika senjata nuklir berupa misil mampu menjangkau wilayah di Amerika, Jepang, China, dan beberapa sekutu Amerika di Asia.
Kim Jong II beranggapan bahwa Korea utara telah memiliki senjata nuklir sejak tahun 1994, Kim Jong II beranggapan bahwa pengembangan teknologi nuklir tersebut diperlukan untuk meningkatkan kualitas pertahanan negaranya, karena ia mengetahui Amerika Serikat sudah memiliki senjata nuklir di Korsel. Percobaan terhadap senjata nuklirnya yang dianggap ancaman serius bagi Amerika Serikat dan sekutu.
Berhubungan dengan realisme adalah perspektif utama dan mendasar rasa pesimis dan egois didalam sifat manusia, dalam mencapai kepentingannya manusia mempertahnkan seuat-kuatnya bahkan bisa dengan cara menyerang. Dan kaum realis percaya Negara yang terkuat itulah Negara Negara yang berkuasa dimuka bumi ini, karena itu mereka saling beradu dalam keamanan militer dan pertahanan Negara karena realism sendiri mengganggap bahwa orang lain adalah musuh. Dalam  kaitannya juga security dilemma akan selalu menghampiri baik Negara Negara superpower ini bahkan Negara less power
Pengembangan Program teknologi senjata nuklir Korea Utara dimulai pada tahun 1956 ketika menandatangani perjanjian dengan Uni Soviet dalam kerjasama energy nuklir. Dalam program tersebut Korea Utara mengirimkan delegasinya ke Moscow. Maka Korea Utara bisa memproduksi Plutonium dan setelah itu menjadi ahli dibidang pembangunan nuklir sehingga presiden Kim II Sung saat itu membuat kebijakan tentang pengembangan nuklir. Saat itu Korea Utara selalu beranggapan bahwa jika adanya senjata nuklir dapat menjadi Negara terkuat dari Korea Selatan dan memberi dampak menggentarkan bagi Amerika Serikat.
Pada pemerintahan Kim Jong Un kebijakan mengenai pengembangan teknologi nuklir semakin berkembang  sebagai salah satu pertahanan Negara berkembang.
Korea Utara tidak pernah berhenti mencuri pandangan dunia dan internasional, Hingga saat ini korea utara juga telah beberapa kali mengadakan percobaan dan uji coba terhadap senjata nuklir, roket dan peluru kendalinya, salah satu rudal paling mematikan dari Korea Utara adalah RUDAL HWASONG-14 Rudal balistik antar benua, Pyongyang mengklaim telah berhasil melakukan uji coba Rudal balistik antar benua dan jangkauannya 10000 km, Korea Utara mengklaim apabila ditambah hulu ledak nuklir Rudal Hwasong-14 dapat menjangkau manapun didunia tanpa terkecuali Amerika Serikat.
Realisme berpandangan bahwa hubungan internasional dan kerjasama akan menimbulkan konflik yang menanam jentik-jentik dari peperangan, kaum realis memiliki self-help system, Menurut penulis suatu Negara pasti mempunyai rasa tidak aman dan merasa terancam kapan saja, dapat disimpulkan bahwa Korea Utara menerapkan kebijakan pengembangan teknologi nuklir adalah salah satu pertahanan nasionalnya. Ya,sesuai  perspektif realisme suatu Negara pasti memilki kepentingannya masing-masing dan realism percaya bahwa kerjasama antar Negara adalah untuk saling memperlihatkan kekuasaan satu sama lain dan ini sejalan dengan paham realism. Dan aksi Korea Utara mengembangkan senjata nuklirnya sebagai tindakan untuk mengumpulkan lebih banyak kekuatan untuk mengejar kepentingannya baik kepentingan ekonomi maupun politik.
Dengan kondisi perekonomian Korea Utara dinilai sangat jauh dari kata mapan, maka tidak aneh jika Korea Utara mengembangkan teknologi senjata nuklirnya sebagai pertahanan Negara. Di akhir paragraph, menurut penulis tidak ada suatu Negara saat ini menelan bulat bulat bahwa mereka adalah salah satu paham Realisme ,Liberalisme, Marxisme ataupun kontruktivisme. Itu adalah bersifat dinamis yang selalu bisa berubah kapan saja.
"It is the habit of mankind to entrust to careless hope what they long for, and to use sovereign reason to thrust aside what they do not desire"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H