Mohon tunggu...
Riri Satria
Riri Satria Mohon Tunggu... profesional -

Meminati topik manajemen strategis, ekonomi digital dan kreatif, serta teknologi informasi | penyuka puisi dan sastra pada umumnya | Admin pada komunitas Dapur Sastra Jakarta | Founder and CEO pada Value Alignment Group, sebuah lembaga konsultan dan riset bidang manajemen dan organisasi | Dosen Program Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia dan Magister Manajemen PPM | sedang menempuh pendidikan Doctor of Business Administration (DBA) pada Paris School of Business di Paris, Perancis | lahir di Padang - Sumatera Barat tanggal 14 Mei 1970

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari Manakah Teori Manajemen Berasal?

10 Juli 2017   10:14 Diperbarui: 12 Juli 2017   22:15 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya konsep kepemimpinan (leadership) yang dikembangkan oleh Jack Welch yang merupakan kumpulan pengalamannya sewaktu di General Electric (GE) dan membawa perusahaan tersebut berkibar. Juga ada nama Lou Gerstner mantan CEO IBM yang berhasil menyelamatkan IBM dari keterpurukan pada tahun 1990-an yang menulis kerangka manajemen perubahan untuk korporat raksasa dalam bukunya "Who Says Elephants Can't Dance?".

Jangan dilupakan perusahaan Toyota yang berhasil melakukan formulasi kaizen dalam sistem manajemen produksi sehingga menghasilkan proses manufaktur yang efektif dan efisien. Di Indonesia kita juga mengenal nama Robby Djohan dengan konsep kepemimpinan di masa krisis yang merupakan kumpulan pengalaman beliau selama menyelamatkan Garuda Indonesia dan megamerger Bank Mandiri yang sudah ditulis dalam bentuk buku. 

Biasaya pemikiran para corporate heroes banyak berada di tataran yang sangat praktikal dan merupakan akumulasi pengalaman si pencetusnya yang tentu saja sudah banyak mengalami pahit-getirnya mengelola perusahaan besar.

Nah, jadi apa perbedaannya akademisi, konsultan, dan praktisi manajemen itu? Sebelum membahas perbedaannya, mari kita lihat persamaannya. Ternyata mereka sama-sama bisa menghasilkan inovasi dalam pemikiran manajemen yang banyak kita baca saat ini di buku teks. Ternyata buku teks manajemen tidak hanya memuat teori-teori yang dihasilkan para university professors, melainkan juga pemikiran para reputable consultants dan corporate heroes.

Nah apa perbedaannya? Perbedaan terletak pada ranah mereka berkiprah. Para university professors atau akademisi tentu saja berkiprah untuk menghasilkan berbagai inovasi pada tataran teoritis di bidang manajemen. Mereka melakukan riset secara komprehensif pada tataran ilmu pengetahuan. Tentu sesuai dengan dunianya, para profesor harus menghasilkan teori-teori baru yang membuka mata kita terhadap kegelapan. Seorang profesor yang baik tentu harus mampu menghasilkan teori-teori tersebut.

Bagaimana dengan konsultan? Tentu saja berbeda dengan para profesor atau akademisi. Ranah kiprah merekapun berbeda. Konsultan itu tugas utamanya adalah "how to put and simplify theories into action". Maka keahlian seorang konsultan adalah menghasilkan berbagai kerangka yang aplikatif atau praktikal yang bersandar kepada teori-teori yang dibangun oleh profesor atau akademisi.

Jangan dibalik! Jangan disuruh para profesor menghasilkan sesuatu yang aplikatif, dan jangan disuruh para konsultan menghasilkan teori-teori baru. Keduanya memiliki peran yang berbeda. Keduanya sama pentingnya dalam dunia manajemen.

Terakhir tentu saja para praktisi berkelas atau corporate heroes bertugas membawa perusahaan atau organisasinya menjadi baik, berkembang, serta mencapai visi dan misinya. Pola pikir mereka adalah pada tataran aplikatif yaitu bagaimana menerapkan semua pemikiran yang diungkapkan para akademisi dan konsultan sehingga berdaya guna dan tepat guna untuk perusahaan atau organisasi mereka. Semua kumpulan pengalaman mereka tentu juga mampu menghasilkan suatu pemikiran yang brilian, tetapi pada tataran yang lebih aplikatif.

Nah, jadi para akademisi, konsultan, dan praktisi memiliki peran yang berbeda bukan? Menurut hemat saya, semua sama pentingnya dalam dunia manajemen. Kita butuh orang-orang yang mampu membuka tabir kegelapan ilmu pengetahuan (para akademisi), lalu kita juga butuh orang-orang yang mampu menyusun kerangka-kerangka berpikir yang praktikal (para konsultan), dan kita juga butuh orang-orang yang menjalankan perusahaan dan organisasi dengan baik dan membagi pengalamannya (para praktisi).

Semua akan memperkaya dunia manajemen. Jangan sampai ada yang merasa satu lebih daripada yang lain.

Oh ya, tentu saja di dunia ini ada saja manusia-manusia istimewa yang sanggup memainkan peranan lebih dari satu, bahkan mungkin semua peranan di atas.

Salam sukses selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun