Mohon tunggu...
Riri Santy
Riri Santy Mohon Tunggu... Seniman - penulis yang ingin menulis. tidak ada kata terlambat untuk menulis. jika kalian menulis berarti memberi makna dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap

Magister S2 Penulis Pengampu di SMK Negeri 2 Palembang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Istilah "Guru Saudara" dalam Kongres II IGI (Edisi 2019)

9 Mei 2019   15:15 Diperbarui: 17 Mei 2019   13:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Rica Susanty, M.Pd 

Begitu tiba di ruangan kongres II IGI (Ikatan Guru Indonesia) makasasar (30-31/1-2016). Terpampang banner dengan tulisan bertema "Guru Terdidik, Guru Bersaudara, Guru Saling Menumbuhkan, Indonesia Maju". Begitu pun banner lain betuliskan "Pengukuhan Duta Gerakan Bayar Balik".

Dari banner yang tertulis pada acara kongres II IGI (30/1/2016) dan seminar IGI (31/1/2016) di makassar tersebut. Ada gabungan kata yang menarik dari perhelatan kongres  II di Makassar. Dua gabungan kata itu tersebut  adalah  "Guru Saudara" dan  "Gerakan bayar balik". 

Hal ini sangat menarik sekali untuk mengetahui lebih dalam pemaknaan kedua kalimat tersebut. Selain pemaknaan kedua kalimat tersebut, sebenarnya banyak gabungan kata atau peristilahan kata. Dengan ini akan menggunakan dengan kata "Istilah". Istilah  yang terdapat dari kedua banner tersebut seperti "guru terdidik," "guru bersaudara," "guru saling menumbuhkan," "Indonesia maju," dan "gerakan bayar balik". Belum lagi beberapa istilah lain dalam pelaksanaan kongres tersebut yang menjadi pertanyaan kami seperti istilah kongres virtual, gerakan gemar membaca,  garuda miles, dll.

Dari banyak istilah tersebut karena keterbatasan pada tulisan ini hanya menyoroti pada istilah "Guru Saudara". Guru saudara sepertinya adalah kalimat biasa saja. Ketika kami sampai tidak memperkirakan pada banwa istilah tersebut sudah menjadi program kongres II IGI Makassar. Dengan maksud baik karena tidak mau merepotkan tuan rumah kami berinisiatif untuk menentukan opsi. Opsi pertama menginap di hotel dan opsi kedua di tempat "Guru Saudara". Maka kami pun ingin memilih opsi pertama. Ketentuan ini dipilih karena keterbatasan kami dalam memaknai istilah tersebut.

Hari berikutnya di ruang kongres terpampanglah banner yang terdapat istilah "Guru Saudara". Istilah ini sangat digalakkan di kongres II IGI. Seperti yang diungkapkan ketua umum pusat bapak Satria Drama. Beliau memberikan beberapa pemahaman tentang istilah tersebut. Istilah ini dimaksudkan agar guru mendapatkan satu saudara ketika mereka bertempat tinggal di rumah guru saudaranya. Guru saudara memberi arti mendalam tentang artinya mencari saudara dalam setiap moment. Moment yang dimaksud seperti pelatihan, seminar, kongres ataupun bentuk lainnya. Program guru saudara bisa menjadi penunjang kegiatan pemerintah yang melarang adanya kegiatan serupa yang di lakukan selama ini seperti di hotel, vila, dll. Kegiatan atau pelatihan yang selama ini dilakukan tentu saja memberi jarak antara guru-guru karena tempat tinggalnya berjauhan.

Tulisan ini merujuk pada dua hal secara ilmiah kebahasaan dan anjuran mempererat persaudaraan dalam agama. Bila hal tersebut merujuk pada perbendaharaan bahasa. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pemaknaan "Istilah". Peristilahan kata yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus di sebut dengan istilah.  Istilah "Guru Saudara" dapat diartikan kata khusus yang bermakna luas dan mendalam. Jika mengacu pada kamus besar maka istilah tersebut akan dimaknai terpisah yaitu kata "guru" dan "saudara". Guru berarti orang yang pekerjaan mengajar. Sedangkan, saudara berarti orang yang sekandung, orang yang segolongan, ataupun sapaan kepada orang yang diajak berbicara. Ketika kedua kata tersebut digabungkan akan membentuk sebuah istilah, tentu saja artinya menjadi berbeda. Ketentuan arti ini tentu saja ada kesepakatan untuk memaknainya. Dan dalam kongres II IGI, dapat dimaknai bahwa istilah "guru saudara" merujuk pada sapaan untuk menyapa teman se-profesi. Sebagai bentuk kearkraban untuk menjadikan lebih dekat.

Dengan kata lain dari Istilah tesebut dapat diartikan "Guru Saudara" adalah sebuah hubungan persaudaraan antara guru-guru tuan rumah dengan guru-guru peserta kongres II IGI dari seluruh tanah air. Terjalin rasa kebangsaan yang jauh lebih erat sesama guru se-tanah air. Dengan demikian  Peserta kongres II IGI yang berjumlah lebih kurang  657 orang kongres II IGI menginap di rumah guru saudaranya. Dengan diharapkan tradisi baru ini dapat mempersatukan saudara, merajut rasa kebangsaan, menjalin silaturahmi dan berdampak positif di antara kedua belah pihak tuan rumah dan tamunya. Bila merujuk dalam konteks beragamapun Sebagaimana surat Al-Hujarat ayat 13:

"Hai manusia sesungguhnya Allah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku, berbeda-beda supaya kamu saling kenal mengenal. Dan disinilah akan turun rahmat dari Tuhan. sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah iman dan taqwanya kepada Allah".

Bila dilihat dari pemahaman surat Al-Hujarat ayat 13 tersebut dihubungkan dengan istilah "Guru Saudara" sangatlah erat. Bahwa sebagaimana Al-Quran telah menganjurkan untuk saling mengenal diantara berbagai suku dan bangsa se-tanah air agar turun rahmat dampak positif dan kemanfaatan antara saudaranya. Itulah yang akan menjadi program kegiatan IGI dimanapun keberadaan IGI. Bila merujuk lagi pada surat Al-Hujarat ayat 10

"Sesungguhnya orang-orang mukmim adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu. Dan bertaqwalah kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat".

Jelaslah sudah bahwa istilah "Guru Saudara" seharusnya bermakna bukan hanya sekedar istilah saja. Tapi makna yang lebih dalam bahwa persaudaraan itu penting untuk dicari dan dibina. Bukankah dijelaskan dalam Al-Hujarat ayat 10 bersaudaralah agar kamu mendapat rahmat.

Sepertinya dalam kegiatan IGI Sumatera Selatan ke depan "guru saudara" dapat dijadikan konsep untuk berbagai kegiatan pelatihan, seminar, atau kegiatan sejenisnya di wilayah Sumatera Selatan. Konsep ini akan di bahas dalam berbagai kegiatan nantinya.

Dengan memaknai "Guru Saudara" bukan sebagai istilah kami telah bertemu "Guru Saudara" pada kegiatan kongres II di makassar. Terimakasih "Guru Saudara" walaupun singkat mengenalmu semoga selalu terjalin kebersamaan yang tidak singkatdan abadi. Jika nanti kami pun bisa mengatakan kepada anak-cucu kami "Nak, kalau kamu matekok (maaf jika salah ejaan bugis makassar yang berarti kecapekan atau kelelahan) di makassar ada saudaramu mampirlah ke sana, ingatkan pesan ini dari sahabat 'Guru Saudara' bertahun lalu". Salam  buat "Guru Saudara" kami, pada kelambu makassar. (rica, 722016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun