Gen Z, Gen Alpha, dan Pahlawan Nasional
Di Bumi Pertiwi Indonesia ini, tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan. Alasan mengapa hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November adalah berkaitan dengan peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya antara tentara dan milisi Indonesia melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia. Â
Berbicara mengenai hari Pahlawan, tentu saja erat kaitannya dengan para pahlawan Nasional Indonesia itu sendiri. Bung Tomo, contohnya, yang merupakan salah satu tokoh yang berperan besar untuk mengorbankan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran 10 November, merupakan salah satu pahlawan Nasional Indonesia. Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Kapitan Pattimura, adalah beberapa contoh pahlawan nasional lainnya.
Ingatan saya kembali pada masa-masa saya bersekolah dahulu, khususnya ketika pelajaran sejarah membahas tentang pahlawan-pahlawan nasional. Betapa saya sangat menikmati keseruan kisah-kisah mereka yang berjuang memperebutkan kemerdekaan bangsa Indonesia termasuk intrik-intrik dan strategi yang digunakan.Â
Strategi perang gerilya yang digunakan oleh Pangeran Diponegoro yang kemudian digunakan juga oleh Jenderal Sudirman bertahun-tahun kemudian dengan tujuan yang nyaris sama, menguasai kembali Yogyakarta misalnya, atau kisah perang sampai titik darah penghabisan yang dikenal dengan sebutan Perang Puputan Margarana yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.Â
Ada pula pahlawan versi lain, yang sama-sama berjuang untuk memerdekakan rakyat Indonesia, setidaknya merdeka dari kebodohan, yaitu Raden Ajeng Kartini dan Raden Dewi Sartika, kedua pahlawan nasional yang berjuang agar kaum wanita Indonesia memiliki pendidikan dan memiliki wawasan yang terbuka, dan tidak hanya tinggal saja di rumah mengurus suami dan anak-anak.
Bagi warga negara Indonesia yang masuk ke dalam golongan generasi X dan Y atau Generasi Milenial - termasuk saya, nama-nama pahlawan di atas beserta kisah-kisah mereka mungkin masih cukup familiar. Namun saya berpikir, apakah generasi setelahnya yaitu Gen Z dan Gen Alpha juga mengenal pahlawan-pahlawan nasional Indonesia sebaik generasi pendahulu mereka mengenal kisah para pahlawan tersebut?
Mereka mungkin pernah naik pesawat atau mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Tidak jarang juga melewati Jalan Sudirman baik yang berada di Kota Jakarta, Bandung, atau beberapa kota lain di Indonesia. Raden Ajeng Kartini, mungkin salah satu pahlawan yang paling familiar karena adanya perayaan peringatan hari Kartini di sekolah-sekolah. N
amun, seberapa dalam mereka mengetahui kisah perjuangan para pahlawan tersebut? Apakah mereka mengetahui dengan pasti alasan mengapa nama para pahlawan tersebut diabadikan sebagai nama jalan atau tempat umum? Bagaimana dengan para pahlawan nasional Indonesia lainnya yang mungkin kurang terkenal di kalangan Gen Z dan Gen Alpha? Mungkin mereka sama sekali tidak mengetahui siapakah Tan Malaka atau Frans Kaisiepo.Â
Atau mungkin mereka mengetahui ada pahlawan bernama Pangeran Antasari atau Christina Martha Tiahahu, namun untuk menceritakan secara singkat perjuangan mereka pun mungkin anak-anak yang lahir dan masuk golongan kedua generasi tersebut tidak dapat melakukannya dengan fasih.
Pertanyaannya, seberapa pentingkah pahlawan nasional Indonesia dikenal oleh generasi muda saat ini khususnya Gen Z dan Gen Alpha? Memang masih terdapat ribuan pahlawan lainnya yang tak dikenal dan belum diberi gelar sebagai pahlawan nasional yang tentu saja berkontribusi bagi kemerdekaan bangsa ini.Â
Namun mengenal kisah-kisah pahlawan nasional sangat sayang untuk dilewatkan karena masih banyak hal yang bisa dipelajari dari kisah hidup dan perjuangan mereka, khususnya untuk generasi termuda yang saat ini hidup di Indonesia, dimana nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme rentan untuk pudar atau hilang akibat kemajuan jaman dan kecanggihan teknologi.
Banyak yang berkata bahwa istilah pahlawan saat ini di mata Generasi Z mengacu kepada mereka yang berjuang di bidangnya dan memiliki karakter yang kuat untuk mewujudkan mimpinya. Sebut saja David Beckham, Rihanna, atau Beyonce yang merupakan pahlawan di mata Gen Z khususnya di bidang bisnis dan hiburan. Atau Regina George, salah satu karater dalam film Mean Girls, yang merupakan panutan wanita-wanita Gen Z karena karakternya yang dinilai kuat walapun merupakan tokoh antagonis.Â
Atau sebut saja superhero-superhero dalam film Marvel seperti Iron Man, Kapten Amerika, atau bahkan Thanos. Jika diminta menceritakan kisah hidupnya, Gen Z dan Gen Alpha mungkin akan lebih lancar menceritakan sinopsis biografi dan pencapaian pahlawan versi mereka yang kekinian tersebut dibandingkan para pahlawan nasional Indonesia.
Sebenarnya, dengan mempelajari dan mengenal para pahlawan nasional Indonesia, para generasi ini bisa belajar untuk menjadi pribadi yang taat beragama, berbudi luhur, cerdas, penuh strategi, berani dan pantang menyerah, termasuk di dalamnya cinta bangsa dan negara seperti misalnya dari tokoh-tokoh seperti Cut Nyak Dhien, Diponegoro, atau pahlawan nasional lainnya. Masih banyak kisah seru lainnya yang dialami oleh para pendiri bangsa ini yang teladannya tak akan lekang oleh waktu. Â
Kalau saja ada kesempatan atau strategi yang kreatif untuk lebih mengenalkan para pahlawan nasional kepada kedua generasi termuda di Indonesia tersebut, mungkin para generasi muda ini akan lebih terinspirasi dan semangat patriotik mereka bisa tumbuh dengan baik sehingga bagian mengheningkan cipta di setiap upacara bendera dengan ajakan "Mari kita mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan" diiringi lagu "Mengheningkan Cipta" menjadi momen yang benar-benar syahdu dan dapat diresapi dengan sungguh-sungguh.Â
Kemajuan jaman memang tidak terelakan. Tapi melihat ke belakang dan belajar dari masa lalu termasuk pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya akan memberi pelajaran yang berharga khususnya tentang kehidupan. Mengenal dan mempelajari kisah hidup para pahlawan nasional tidak hanya memperkaya wawasan kebangsaan namun juga memberikan pelajaran bermakna tentang karakter, perjuangan, sifat manusia, dan campur tangan Tuhan dalam segala peristiwa hingga akhirnya Indonesia bisa menjadi negeri yang merdeka seperti sekarang ini.Â
Sckolastika Anggraini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H