Setelah 17 tahun terjun di dunia pendidikan, ada fakta menarik yang mengusik hati. Â Banyak anak yang kesulitan mengikuti pilihannya. Ketika ada pertanyaan; "Jurusan apa yang ingin kamu pilih setelah lulus SMU?" atau ketika ada pertanyaan; "Apa cita-citamu?". Beberapa dari mereka bingung bahkan ada yang menjawab, "mama papa ingin saya kuliah di..." atau "orang tua saya ingin, saya menjadi..."Â
Ketika pertanyaan diajukan kepada para orang tua tentang pendidikan anaknya, jawabanpun sudah dapat diduga. Diantaranya adalah; "Saya ingin anak saya kuliah di jurusan . . . karena lulusan dari jurusan itu sangat diminati dan jika anak saya berhasil kerja di ... gajinya banyak, masa depannya akan cerah, dsb.Â
Apakah jawaban orang tua tersebut salah? Jika keputusan orang tua tersebut didasarkan pada bakat, minat dan keinginan anak, maka hal itu tidaklah salah.
Yang menjadi masalah adalah jika itu merupakan keinginan orang tua yang tidak sesuai dengan bakat, minat, dan keinginan anak. Anak akan sangat tertekan, tidak bersemangat kuliah, hasil pendidikan tidak maksimal, bahkan tidak sedikit yang akhirnya menyerah dan DO.
Hal yang harus disadari orang tua adalah Allah menciptakan setiap anak lengkap dengan bakatnya. Jika Allah memberikan bakat sejak anak itu lahir, pasti ada maksudNya. Tugas yang harus orang tua sadari adalah menemukan harta karun yang terpendam dalam diri anaknya. Harta karun disini adalah bakat yang diberi Allah kepada anak.
Orang tua seharusnya menfasilitasi bakat anak, mendampingi anak hingga mereka menemukan tujuan Allah untuk hidupnya.
Setelah orang tua menemukan bakat anak berdasarkan pengamatannya sejak anak itu kecil hingga remaja, waktunya bagi orang tua membantu anak memperoleh berbagai informasi tentang pekerjaan yang bisa dilakukan sesuai dengan bakat yang mereka miliki.
Juga informasi tentang jurusan kuliah yang bisa diambil untuk memperoleh bidang pekerjaan yang mereka inginkan tersebut.
"Jika kamu kerja disitu, kamu akan mendapatkan gaji yang banyak, masa depanmu akan cerah, hidupmu akan sukses." hal ini sering menjadi alasan keputusan orang tua bagi anaknya. Perlu dikaji kembali arti sukses dalam hidup.
Apakah kesuksesan itu identik dengan gaji banyak? Ataukah arti kesuksesan itu identik dengan seberapa banyak kita bermanfaat bagi masyarakat?Â
Pemahaman bahwa gaji banyak adalah kunci kebahagiaan harus dikaji ulang. Seorang tokoh bersejarah Bunda Teresa menghabiskan sepanjang hidupnya untuk membantu sesama yang miskin namun dia bahagia meski dia tidak memiliki gaji banyak. Kebahagiaan diperolehnya ketika dia bermanfaat bagi orang lain. Dia tahu tujuan hidupnya.
Membantu anak menemukan tujuan Allah atas hidupnya adalah tanggung jawab orang tua. Seorang anak dengan bakat menyanyi dan tidak bisa pelajaran matematika tapi disuruh mengambil jurusan kuliah akuntasi dengan harapan bekerja di bank, tentu akan membuatnya tertekan.
Seorang anak yang sejak kecil suka bicara kemudian orang tua mengarahkan dan menfasilitasinya untuk menjadi presenter tentu anak itu akan bersemangat karena  merasa mudah melakukannya. Seorang anak dengan bakat melukis tapi dilatih menjadi dancer tentu akan menjadi beban bagi anak itu.Â
Anakku bukan boneka, tapi mereka adalah makhluk Tuhan yang hidup lengkap dengan keinginan dan cita-citanya sendiri. Jangan biarkan mereka kehilangan keinginannya karena berusaha menuruti semua keinginan orang tuanya. Biarkan mereka menemukan kebahagiaan sesuai dengan jalan yang ditentukan Allah baginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H