Mohon tunggu...
Ririn Mufidah
Ririn Mufidah Mohon Tunggu... Akuntan - akuntan, pelukis, penulis

Lulusan Akuntansi Universitas negeri malang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu

26 Desember 2020   00:26 Diperbarui: 26 Desember 2020   00:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hawa dingin merasuk ke dalam sum-sum tulang
Kegelapan mengaburkan indahnya pandangan
Malam terbingkai bintang yang bertaburan
Serta bulan yang nampak sendu sendirian

Tak ada yang bisa ku peluk selain guling
Berselimutkan tebal, setebal kenangan
Pipi basah walau diluar tak ada hujan
Menahan rindu yang teramat menyesakkan

Seketika aku terkuburkan bayangan
Tentang kebersamaan yang tertanam setiap malam
Candaan yang tak pernah terlewatkan
Kali ini melebur tanpa menyisakan

Rasa hati tak pernah sesepi ini
Lebih beku dari pada es krim yang ku beli

Aku kehilangan jiwaku
Karena dia berterbangan mencarimu
Namun tak dapat ku temu
Karena kau tak sudi menemuiku
Dalam sapamu bagai hari hari lalu

Tulisan Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun