Mencintaimu, tanpa persyaratan
Menjauhimu, hal yang takkan pernah bisa kulakukan
Engkau takdir yang tak bisa ku pilih
Engkau takdir yang tak bisa ku ganti
Cinta terbesar ku temukan dari matamu yang berbinar
Mata indah yang ikut menangis ketika hatiku teriris
Belaian lembut mesra dari tanganmu nan indah
Tangan yang menyuapkan makanan agar perutku tak kelaparan
Engkaulah sang ibu, pemilik tangan hangat kiriman Tuhan
Bibir yang ajarkan kata demi kata agar bisa berucap dengan lancar
Tutur nan lembut bak hembusan angin
Bagaikan nyanyian dalam balutan mimpi malam
Punggung yang menopang berat badan ketika dalam gendongan
Dialah pemilik dekapan ternyaman yang pernah ku rasakan
Kaki yang seringkali tertatih ketika mengajariku berjalan
Takkan terlupakan segenap langkah dan perjuangan
Perut yang telah rela membesar
Hanya untuk menantiku terlahir
Pertaruhkan nyawa persembahkan kehidupan yang baru
Hanya demi aku putrimu
Terimakasih, Malaikatku
Aku terharu, Ibu
Terharu melihat gurat kerut di dahimu
Malaikat cantikku sudah tidak semuda dulu
Sebagian hidupnya telah untuk merawatku
Tidur lelapnya telah banyak terganggu oleh jerit tangisku
Merepotkanmu adalah keahlianku
Menyulitkanmu adalah kebiasaanku
Dan membuatmu sedih adalah penyesalanku
Kesabaranmu dalam menghadapi aku yang nakal terkadang tak masuk akal
Mengapa aku yang tak baik dihadiahkan malaikat yang teramat cantik
Dia yang tak pernah melukaiku walaupun sedetik
Namun aku selalu membuatnya sakit dengan tingkahku yang tak baik
Bila masih ada kesempatan untukku
Aku kan perbaiki salahku yang telah melukaimu
Maafkan putrimu yang belum bisa membahagiakanmu
Izinkan aku menyerahkan hidupku untuk membalas semua kebaikanmu
Dengan segala kemampuanku
Aku kan usahakan senyummu
Dengan segenap doaku
Aku kan meminta perlindungan untukmu
Dan Untuk Malaikat cantikku
Ku ucapkan aku sangat mencintaimu
I Love you, Ibu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H