Wabah COVID-19 tidak hanya menyadarkan kita tentang arti kesehatan, melainkan betapa berartinya pembelajaran sosial-emosional. Ya, di tengah wabah ini kita tidak hanya membutuhkan kekuatan imunitas tubuh melainkan dukungan emosional satu sama lain. Di rumah saja dapat membuat kita lebih dekat dengan keluarga dan saling mendukung untuk stay save. Di sekolah juga guru dapat berperan sebagai educator dan supporter dalam hal informasi tentang COVID-19 kepada siswa dan keluarganya serta memilah informasi yang sesuai.Â
Banyak pelajaran yang kita dapatkan selama wabah COVID-19 ini. Mulai dari kepedulian terhadap kesehatan diri hingga saling bahu membahu untuk mencegah penularan. Memang sejatinya setiap musibah pasti memiliki hikmah yang harus kita jadikan sebagai momen memperbaiki diri. Ketika berdiam di rumah menjadi solusi yang paling rasional untuk dilakukan saat ini, sudah pasti akan banyak perubahan yang terjadi.
Perubahan kehidupan sosial kita tak akan semudah biasanya. Bahkan menyapa tetangga saja tak akan sehangat dulu. Jangankan untuk menyapa, keluar dari balik pintu saja sudah diliputi oleh kepanikan yang terjadi di luar sana. Â Tenang, kita tidak usah panik hanya perlu selalu waspada. Kita dihimbau untuk tetap berada di rumah untuk mengisolasi diri dari risiko tertular. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama dan para tenaga medis yangs sedang berjuang.
Lalu pertanyaannya, apakah kita bisa melakukan hal yang berarti di rumah ? Tentu saja bisa. Ada hal yang selama ini luput dari kita karena terlalu sibuk. Saat ini kita bisa lebih mengerti apa arti kebersaamaan di rumah. Tentunya ada hal lain yang bisa membuat kita lebih aware, yaitu memahami emosi dan mental. Â Mari kita pelajari bersama di dalam tulisan ini.Â
Sudahkah Kita Mengenal SEL: Bagian dari Pendidikan yang Hilang ?
SEL atau Social Emotional Learning mungkin asing di telinga kita sebagai orang awam. SEL adalah sebuah Pembelajaran sosial dan emosional di mana anak-anak maupun orang dewasa dapat memahami dan mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati untuk orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Secara singkat, sejarah SEL dikembangkan oleh CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) yang muncul dari sebuah pertemuan pada tahun 1994 yang diselenggarakan oleh Fetzer Institute. Pertemuan itu dihadiri oleh para peneliti, pendidik, dan advokat anak yang terlibat dalam berbagai upaya berbasis pendidikan untuk mempromosikan perkembangan positif pada anak-anak.
Para perintis SEL ini datang bersama-sama untuk menyampaikan keprihatinan tentang pemrograman sekolah yang tidak efektif dan kurangnya koordinasi di antara program-program di tingkat sekolah. Â SEL diperkenalkan sebagai kerangka kerja yang membahas kebutuhan kaum muda dan membantu menyelaraskan dan mengoordinasikan program dan pemrograman sekolah.
Saat ini CASEL sudah bekerja lebih dari dua dekade melalui banyak penelitian dan buku yang dikeluarkannya untuk memajukan sains, praktik, dan kebijakan yang terkait dengan pembelajaran sosial dan emosional. CASEL telah menjadi pemimpin, katalisator, dan kolaborator yang melayani bidang pembelajaran sosial dan emosional. Program ini semakin berkembang pengaruhnya di seluruh dunia dan dapat dijadikan sebagai bagian internal dari pendidikan sejak prasekolah hingga menengah.
Apakah kita sudah bersentuhan langsung dengan SEL ? tidak bisa dijawab dengan akurat karena pendidikan kita sendiri masih sangat jarang menggunakan SEL sebagai bagian dari pelajarannya. Mungkin kita menganggap bahwa  pembelajaran sosial emosional sama saja dengan pelajaran agama di sekolah. Ya, pelajaran agama mengajarkan kita tentang akhlak dan cara berhubungan sosial dari segi spiritual. Sedangkan SEL merupakan pedoman pendidikan sosial emosional yang dikembangkan melalui riset dan penelitian. Jika kedua hal ini digabungkan tentu saja menjadi kekuatan yang besar bagi kita.Â
SEL dalam Masa Social Distancing
CASEL juga mengambil peran dalam masa wabah dunia ini dalam hal sosial-emosional. Secara garis besar SEL memiliki lima kompetensi inti yang terdiri dari : Self-awareness, Self-management, Social-awareness,  Relationship skills, Responsible decision-making. Kelima kompetensi tersebut adalah pembahasan besar SEL dalam pembelajarannya. Dalam masa sulit ini SEL menawarkan cara yang kuat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan emosi kita, membangun hubungan, dan saling mendukung baik anak-anak maupun orang dewasa selama wabah COVID-19.
Dalam web resminya casel.org memberikan rasa simpatinya ketika negara dan dunia merespons terhadap COVID-19. Ada serangkaian emosi yang kita rasakan dan CASEL memahami betapa pentingnya untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional yang muncul pada saat-saat seperti ini. Adapun pedoman bagi orang tua maupun pengasuh anak yang mereka berikan adalah:
Perhatikan baik-baik perasaan stres atau kecemasan Anda. Kita harus terus berlatih strategi self-care seperti makan sehat, cukup tidur, berolahraga, dan meluangkan waktu untuk istirahat. Jika kit  merasa kewalahan oleh pikiran negatif, temukan cara untuk membingkai ulang pemikiran kita. Kita bisa mencari dukungan kesehatan mental yang diperlukan untuk diri sendiri atau orang yang kita cintai.Â
Menerima dan mendukung anak-anak dalam memproses berbagai emosi dan kekhawatiran mereka. Bagi kita yang memiliki anak-anak di rumah, tentu saja mereka pun akan mrespon keadaan ini dengan berbagai emosi. Kita dapat sambil menawarkan ketenangan dan kepastian kepada mereka. Kita perlu mempertimbangkan usia mereka masing-masing yang akan menunjukkan reaksi berbeda agar dapat mengidentifikasi cara yang tepat untuk merespons. Temukan cara bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui percakapan, musik, seni, tarian, menulis, atau kegiatan lainnya yang bermanfaat. Pantaulah bagaimana perasaan mereka setiap hari dan berikan waktu yang cukup untuk beristirahat.
Berikan informasi yang sesuai usia dan jawaban akurat tentang berita sambil membatasi televisi atau media sosial yang berlebihan. Bantu anak-anak menilai fakta dari informasi yang salah dan stereotip yang berkaitan dengan penyakit ini. Tak dapat ditepis bahwa pemberitaan di luar sana tidak semuanya dapat dipercaya. Carilah informasi yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti WHO atau media berita yang telah terpercaya.
Bagikan dengan anak-anak apa yang Anda lakukan untuk menjaga mereka tetap aman. Bantu anak-anak belajar dan mempraktikkan strategi menjagaa kesehatan seperti sering mencuci tangan.. Selain mempromosikan praktik hidup sehat, ini dapat membantu mereka merasakan rasa dikontrol dan dilindungi  yang lebih besar.
Melatih kesabaran ketika rutinitas terganggu yang dapat menyebabkan masalah perilaku potensial atau krisis. Cobalah untuk menghibur anak-anak sambil menetapkan batasan. Ini juga merupakan kesempatan untuk membuat jadwal dan rutinitas baru yang mempromosikan waktu keluarga dan praktik sehat, seperti jalan-jalan pagi bersama, atau menambahkan lagu keluarga favorit ke rutinitas cuci tangan. Nikmatilah waktu bersama anak-anak jika ini langka.
Bantu anak-anak dan remaja memikirkan cara-cara kreatif untuk menjaga persahabatan dan hubungan sosial mereka. Ini mungkin termasuk menulis email atau surat kepada teman, atau menjadwalkan waktu untuk menggunakan telepon atau teknologi yang sesuai usia untuk berkomunikasi dengan teman sebaya. Ingatlah bahwa koneksi sosial Anda sendiri juga penting, dan luangkan waktu untuk menghubungi keluarga atau kerabat melalui telepon atau secara virtual.
Munculkan alternatif yang menyenangkan untuk menunjukkan tanda-tanda kasih sayang sambil meminimalkan penyebaran kuman. Misalnya, menggunakan sentuhan siku atau footshake. Hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai permainan menyenangkan antar keluarga.Â
Sementara bagi para pendidik atau guru juga memiliki peran dalam situasi ini. CASEL memberikan pedoman sebagai berikut:
Ketahuilah bahwa anak-anak dan orang dewasa mungkin merasa khawatir atau stres ketika mereka melewati sekolah dan hari kerja. Berikan kesempatan bagi mereka untuk berbagi dan memproses emosi mereka, serta yang memungkinkan mereka meluangkan waktu masing-masing untuk merefleksikan dan mengumpulkan pemikiran mereka. Gunakan program SEL yang ada untuk membantu memberikan peluang ini dan mempromosikan empati satu sama lain serta  bagi mereka  yang paling terkena dampak virus.
Dukungan para guru dalam melibatkan siswa dalam percakapan dan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan untuk membahas berita seputar COVID-19. Ini dapat mencakup menilai fakta dari informasi yang salah, serta peluang bagi siswa untuk mengembangkan dan menyarankan strategi bagi sekolah atau komunitas mereka untuk mencegah penyebaran penyakit. Gunakan percakapan dan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan untuk membahas dampak, sejarah, dan konteks seputar komentar dan perilaku yang menstigmatisasi terkait penyakit ini. Seperti contoh melakukan percakapan tentang rasisme, stereotip, dan bias yang berkaitan dengan virus.
Kapan pun memungkinkan, berikan konsistensi dalam rutinitas sekolah sehari-hari. Sementara penutupan sekolah atau perubahan jadwal mungkin tidak dapat dihindari, rutinitas dan prosedur yang konsisten selama itu dapat membantu mengurangi stres dan memfasilitasi pembelajaran untuk semua siswa. Ini juga merupakan kesempatan untuk menciptakan rutinitas baru yang mempromosikan praktik hidup sehat, seperti menambahkan lagu kelas favorit ke rutinitas cuci tangan.
Lanjutkan SEL dan praktik pembangunan masyarakat yang membantu menjaga rasa aman dan dukungan emosional. Berikan alternatif yang menyenangkan untuk meminimalkan penyebaran kuman. Sebagai contoh, jika siswa dan guru biasanya saling menyapa dengan jabat tangan, beralihlah ke sentuhan siku atau footshake. Jika biasanya kelas membagi kelopok dalam lingkaran, maka sekarang buatlah individual. Atau jika kelas atau rapat guru diadakan secara virtual, sediakan waktu untuk "check-in" secara lisan atau tertulis satu sama lain.
Berikan keluarga dengan komunikasi yang konsisten, serta bimbingan dan dukungan dalam berbicara dengan anak-anak mereka tentang COVID-19. Pertimbangkan berbagai kebutuhan siswa dan keluarga ketika membuat rencana respons, dan hubungkan mereka dengan sumber daya yang diperlukan. Ini termasuk memastikan bahwa rencana respons akan sepenuhnya memenuhi kebutuhan siswa dan keluarga yang kehilangan tempat tinggal atau dalam situasi kehidupan transisi, mungkin tidak memiliki akses mudah ke komputer atau internet, menerima makanan gratis atau potongan harga melalui sekolah, atau mengandalkan layanan dukungan di sekolah.
Nah, di atas merupakan pembelajaran sosial emosional (SEL) yang dapat kita terapkan selama berada di rumah atau dalam menghadapi wabah dunia ini. Sekali lagi, saat ini ita tidak hanya membutuhkan kekuatan imunitas tubuh melainkan dukungan emosional satu sama lain. Di rumah saja dapat membuat kita lebih dekat dengan keluarga dan saling mendukung untuk stay save.
Di sekolah juga guru dapat berperan sebagai educator dan supporter dalam hal informasi tentang COVID-19 kepada siswa dan keluarganya serta memilah informasi yang sesuai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H