Mohon tunggu...
Ririn Handayani
Ririn Handayani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelance Writer, Fulltime Blogger

Writer n Mom

Selanjutnya

Tutup

Financial

Memaksimalkan Berkah AM 2018 bagi UMKM

31 Agustus 2018   19:56 Diperbarui: 31 Agustus 2018   20:13 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhelatan Asian Games yang tengah berlangsung di Jakarta dan Palembang, mulai 18 Agustus hingga 2 September mendatang, menuai banyak pujian. Indonesia menjadi sorotan dunia dan semakin diperhitungkan di kancah internasional. Sejumlah sektor ekonomi pun terakselerasi.

Kita tak punya banyak waktu untuk menikmati euforia kesuksesan Asian Games, karena sebuah even yang tak kalah bergengsi sudah di depan mata. Yakni pertemuan tahunan International Monetery Fund dan World Bank (AM 2018) yang akan digelar di Bali pada 12-14 Oktober mendatang. Pertemuan ini merupakan pertemuan terbesar dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan, yang menghadirkan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara anggota serta sektor privat, akademisi, NGO dan media dengan total peserta diperkirakan sebanyak 15 orang.

Sama halnya dengan Asian Games, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah AM 2018 karena kapabilitas dan pencapaian Indonesia di sejumlah bidang. Indonesia dipandang sebagai negara yang reformis, resilient, dan sangat progresif dan potensial yang telah menggunakan sistem keuangan yang sesuai dan bersinergi dengan sistem keuangan dunia. 

Selain itu, sebagai digitalized economy country, Indonesia memiliki inclusive growth yang baik. Indonesia juga dinilai memiliki banyak program dan kebijakan yang baik, yang dapat dijadikan showcase untuk menginisiasi negara-negara lain di dunia.

Menjadi tuan rumah sebuah even akbar berskala internasional, memberi sejumlah keuntungan dan manfaat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sejumlah manfaat dan keuntungan jangka pendek antara lain terakselerasinya sektor transportasi, perhotelan, kuliner, wisata, juga transfer of knowledge. 

Dalam konteks perhelatan AM 2018, sejumlah manfaat ini tidak hanya akan didapat oleh Bali sebagai tuan rumah, namun juga sejumlah daerah lain di sekitarnya dan bahkan Indonesia secara keseluruhan. 

Dalam jangka panjang, sejumlah peluang dan manfaat juga terbuka lebar untuk kita raih. Peluang investasi dan mempromosikan produk lokal Indonesia ke seluruh penjuru dunia adalah dua di antaranya.

Menyiapkan UKM Berperan Besar

Perhelatan akbar khususnya yang berskala internasional seperti AM 2018, seyogyanya akan memberi banyak keuntungan bagi semua pihak. Persoalannya, seberapa besar aktor-aktor yang terlibat bisa memanfaatkan momentum, sangat bergantung pada kapabilitas dan kesiapan masing-masing. 

Para pemain besar khususnya yang bergerak di bidang transportasi, penginapan, dan penyedia layanan serta produk wisata lainnya umumnya sudah siap. Manajemen dan sumber daya manusia (SDM) mereka sangat memadai. 

Kapasitas dan kualitas produk serta layanannya umumnya juga sudah berstandar internasional. Tinggal konsolidasi sebagai pemantapan. Lain halnya dengan UMKM yang mayoritas masih menghadapi sejumlah masalah dan kendala klasik, baik dari segi SDM, kualitas produk, konsistensi produksi, persoalan lisensi dan perijinan, promosi yang masih minim hingga masalah klasik di permodalan. Tanpa pembekalan dan persiapan yang intens, UMKM-UMKM hanya akan menuai remahan dan recehan dari perhelatan akbar yang berlangsung.

Kondisi seperti ini tentu tak bisa kita biarkan. Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau MICE merupakan salah satu tren global di masa sekarang. Dan Indonesia memiliki prospek besar untuk masuk dalam daftar prioritas. Ini artinya, peluang bagi UMKM untuk go international terbuka lebar. Mempersiapkan UMKM mengambil peran besar mestinya menjadi sebuah keharusan yang tak bisa lagi ditawar.

Kontribusi UMKM terhadap PDB adalah sebesar 60,34 persen dan kontribusi terhadap ekspor sekitar 15,8 persen. Angka ini masih kalah dengan negara lain di Asia Tenggara. Adapun akses sektor UMKM ke rantai nilai pasok produksi global juga masih minim, yakni hanya 0,8 persen. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku UMKM tidak memiliki informasi dan akses ke pasar global.

Rendahnya kontribusi UMKM ini sebenarnya bukan karena rendahnya kualitas produk. Kualitas memang penting, namun produk UMKM juga memerlukan akselerator lain yang bisa mendongkrak pangsa pasarnya hingga mendunia. Sejumlah akselerator penting itu antara lain, manajemen usaha yang modern, sentuhan teknologi pada produk dan promosi serta konsistensi produksi. Optimalisasi ketiga hal ini sangat sulit dicapai tanpa modal yang memadai.

Pemetaan sejumlah kendala yang dihadapi UMKM ini menjadi titik terang tentang upaya apa yang harus kita lakukan untuk memperbesar kiprah dan peran mereka. Perlu ada penguatan dari sisi UMKM sendiri seperti meliputi perubahan manajemen usaha, pengenalan teknologi untuk menyempurnakan produk dan memaksimalkan promosi, bantuan modal untuk keberlangsungan usaha, serta kemudahan perijinan agar UMKM memiliki lisensi dan legalitas terutama ketika akan menembus pasar internasional.

Mengekspor produk hingga ke mancanegara adalah impian semua UMKM. Sayangnya banyak UMKM yang belum tahu bagaimana caranya ataupun jika sudah tahu, tidak memiliki cukup daya untuk melakukannya. 

Salah satunya, butuh modal besar untuk mempromosikan dan memasarkan produk ke mancanegara. Perhelatan internasional seperti AM 2018 yang akan digelar sebentar lagi, bisa menjadi momentum shortcut  atau jalan pintas bagi UMKM untuk terhubung langsung dengan pasar internasional melalui delegasi dari seluruh negara di dunia yang hadir di acara tersebut. 

Mayoritas delegasi sangat mungkin akan membawa buah tangan khas Indonesia sebagai oleh-oleh saat pulang ke negaranya, baik berupa souvenir ataupun makanan khas sejumlah daerah di Indonesia.

Buah tangan ini umumnya merupakan salah satu ranah utama UMKM selain kuliner dan furnitur. Ajang AM 2018 semestinya menjadi momen UMKM untuk go international. Untuk itu mereka perlu dibekali dengan kemampuan bahasa, melobi dan membangun relasi bisnis yang cukup memadai. Sehingga, ketika pemerintah dan pihak terkait aktif mengupayakan lobi-lobi tingkat tinggi, maka UMKM bisa menjadikan perhelatan internasional AM 2018 sebagai shortcut atau jalan pintas untuk go international. 

Dengan memamerkan dan memasarkan produknya secara langsung pada tamu-tamu yang datang, juga menjalin relasi dan promosi yang di kemudian hari bisa ditindaklanjuti untuk memasarkan produk dan layanannya ke seluruh penjuru dunia. Ini sejalan dengan tema yang diusung oleh AM 2018 yakni Voyage to Indonesia. Yang secara harfiah berarti perjalanan menuju tempat yang baru, yaitu Indonesia. 

Bagi Indonesia sendiri, Voyage to Indonesia berarti Indonesia yang baru sebagai negara dengan kontribusi besar dalam perekonomian dunia di abad ke-21. Yang salah satunya ditopang oleh UMKM yang semakin kuat dan berkontribusi semakin besar terhadap perekonomian nasional. Dan bagi UMKM, AM 2018 adalah momentum untuk naik kelas, untuk menembus pasar internasional dan menjadi pemain besar di kancah global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun