Mungkin setiap orang selalu berpikir bahwa Ranny adalah seseorang yang ceria dan senang bergaul dengan siapa pun. Meski begitu, Ranny tipe orang yang tidak mempunyai banyak teman. Teman dekatnya bisa dihitung dengan jari. Ia menyukai keramaian, namun juga mencintai ketenangan. Sepi dan sunyi, begitulah lingkungan yang ia harapkan.
Saat ini Ranny masih aktif organisasi di kampusnya. Ia menjadi panitia diberbagai acara kampus, baik lingkup Fakultas mau pun Universitas. Setelah menghadiri rapat organisasi, biasanya ia bermain di kos teman dekatnya. Ya, ia lebih banyak menghabisakan waktu di kosan teman dan lingkungan kampus. Ranny menghindari pulang lebih awal, ia akan pulang ke rumah selarut mungkin.Â
Handphone Ranny berbunyi.Â
"Halo Pa, kenapa?," jawab Ranny saat mengangkat telepon dari Papanya.
"Kamu dimana?, cepat pulang. Papa butuh bantuanmu" jelas Papa cepat.Â
Sesampainya di rumah, Ranny melihat keadaan sangat berantakkan, adiknya menangis dan beberapa barang berserakan di lantai, cermin yang berada ditembok, yang biasa ia gunakan setiap pagi pecah berkeping-keping. Ia mengernyit.Â
"Ada apa ini?" teriaknya kaget.Â
Papa bersiap pergi dan sudah menyalakan motor "Pa, jelasin ini kenapa?," paksa Ranny pada Papanya.Â
Papa pun terdiam dan menunduk "Mama mu pergi, minggat gak tahu kemana," tak lama kemudian Papa pamit dan pergi dengan motor bututnya.
Adik Ranny terus menerus menangis tiada henti. Ranny kebingungan.Â