Mohon tunggu...
ririn d puspita
ririn d puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Masyarakat Madani dalam Pendidikan Islam

17 November 2022   23:10 Diperbarui: 17 November 2022   23:21 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat madani dapat diartikan sebagai masyarakat beradab yang membangun, menjalani dan memaknai kehidupannya. Masyarakat madani merupakan konsep yang selalu hidup dan dapat berkembang dalam ruang dan waktu. 

Masyarakat madani merupakan konstruksi bahasa "Islami" yang terkait dengan kata al-din, yang biasa diterjemahkan dengan agama, dan berkaitan dengan makna al-tamaddun atau peradaban. 

Keduanya menyatu dengan arti al-Madinah, yang berarti kota. Jadi masyarakat madani mengandung tiga hal yaitu agama, peradaban dan kota. Dimana agama adalah sumbernya, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.

Menurut Thohir Luth, masyarakat madani merupakan solusi damai dalam perbedaan. Dengan kata lain tegaknya nilai-nilai hubungan sosial yang luhur, seperti toleransi, dan pluralisme merupakan kelanjutan dari tegaknya nilai-nilai keadaban. 

Dengan penghargaan, kesediaan memandang yang lain dengan penghargaan, apapun perbedaan yang ada tanpa saling memaksakan kehendak, pendapat atau pandangan sendiri.

Untuk mewujudkan sistem sosial masyarakat madani tentunya harus dimulai dengan pembangunan kualitas individu khususnya dan masyarakat pada umumnya. Salah satu upayanya adalah mengubah perilaku seseorang dan masyarakat melalui pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Jalaluddin Rahmat, perubahan sosial hanya mungkin terjadi jika didahului oleh perubahan pola pikir masyarakat.

Masyarakat madani memastikan terciptanya kehidupan masyarakat yang penuh dengan kecerdasan, kreatifitas, keadaban, kejujuran, keadilan, dan keterbukaan. 

Zamakhasyari Dhofier mengartikan tamaddun sebagai masyarakat yang maju, stabil, mandiri, demokratis, adil dan kompetitif, serta mengandalakan kualitas pendidikan yang tinggi dalam berbagai jenis keilmuan dan keterampilan. Oleh karena itu, dalam membangun masyarakat madani diperlukan sebuah proses pendidikan yang panjang dan berkesinambungan. 

Salah satu alternatif yang dapat ditawarkan adalah dengan cara membumikan Pendidikan Islam dalam rangka membentuk manusia sebagai individu yang akan melahirkan sebuah komunitas masyarakat yang dicita-citakan, dengan memperhatikan empat pilar utama pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama (learning to life together). 

Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan secara sistematik untuk membentuk masyarakat didik sesuai dengan tuntutan Islam. Hakekat Pendidikan Islam merupakan proses transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam yang berfungsi sebagai rahmatan lil 'alamin. 

Membangun masyarakat madani agar terbentuk karakteristik sebagaimana tersebut tidaklah mudah. Inti dari terbentuknya masyarakat madani ialah lahirnya masyarakat yang seluruh aspek kehidupannya didasarkan pada nila-nilai ilahiyah yang bersifat universal. Untuk mewujudkan keadaan masyarakat yang demikian maka salah satunya adalah dapat dicapai melalui pendidikan Islam, karena pendidikan Islam dengan berbagai aspeknya didasarkan pada nilai-nilai yang luhur dan universal.

Pendidikan Islam dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Metode-metode dalam pendidikan Islam bukan hanya transformasi ilmu pengetahuan, tetapi juga meningkatkan dan meninggikan moral atau akhlak.

Pendidikan Islam bukan sekedar penyaluran pengetahuan ataupun penyaluran pelatihan, akan tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan. 

Dengan demikian, dapat dikatakan pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam tentang manusia baik hakekat maupun sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di dunia dan akhirat kelak, hak dan kewajibannya sebagai individu dan anggota masyarakat yang diharapkan dapat membawa manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah. 

Sejalan dengan hal tersebut, membangun manusia yang bermoral dan beradab sama dengan membangun kualitas bangsa. Hal tersebut telah disepakati bahwa proses pembangunan suatu bangsa sangat bergantung terhadap sumber daya manusia yang ada. Suatu bangsa akan menjadi besar apabila bangsa itu percaya pada sesuatu, dan sesuatu itu harus berdimensi moral, sesuatu itu tidak lain adalah agama. Agama akan membentuk manusia bermoral apabila dilakukan melalui jalur proses pendidikan. Seperti halnya pendidikan Islam di Indonesia sebagai sub sistem pendidikan nasional, pada hakekatnya juga bertujuan untuk berpartisipasi dalam membangun kualitas bangsa dalam segala aspeknya, terutama dalam hal peningkatan moral.

Dalam membangun masyarakat madani, pendidikan Islam dapat diibaratkan sebagai 'mesin' yang seharusnya bisa bekerja dengan baik sesuai standar yang telah ditentukan sehingga dapat berhasil guna menciptakan produk berupa masyarakat madani. Pendidikan Islam harus didesain mampu untuk menjawab perubahan menuju ke arah masyarakat madani dengan meningkatkan mutu umatnya. 

Menurut Baharuddin, untuk dapat meningkatkan mutu masyarakat, pendidikan Islam hendaknya dapat melakukan reformasi yaitu, agama yang disajikan dalam proses pendidikan harus lebih menekankan kepada keshalehan. Kemudian, pendidikan Islam harus mempunyai generasi terdidik yang pluralis yang mampu menghadapi kemajemukan baik internal maupun eksternal.

Selanjutnya, pengembangan sifat pluralis tersebut harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya besar mewujudkan masyarakat madani yang demokratis, terbuka dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat. Kemudian, masyarakat madani yang diharapkan adalah masyarakat yang penuh percaya diri, memiliki kemandirian, dan kreatifitas yang tinggi dalam memecahkan masalah yang diahadapi. 

Selanjutnya, pendidikan yang dilakukan harus menyiapkan generasi yang siap berpartisipasi aktif dalam interaksi global. Oleh karena itu. pengetahuan dan keterampilan yang diberikan harus memiliki relevansi yang kuat dengan trend globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun