Mohon tunggu...
ririn d puspita
ririn d puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Identitas Nasional terhadap Ancaman Budaya Populer (Pop Culture)

6 November 2022   02:13 Diperbarui: 6 November 2022   06:26 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Identitas nasional merupakan pemahaman tentang jati diri masyarakat dalam suatu wujud yang memiliki kesamaan nasib dan tujuan. Identitas nasional berkaitan dengan nilai-nilai, sejarah, dan cita-cita yang menyatukan suatu kelompok masyarakat dalam suatu ikatan. Identitas nasional dipahami sebagai suatu kondisi dinamis yang tidak hanya terbentuk karena faktor etnisitas, bahasa, agama dan sejenisnya tetapi juga karena faktor pembangunan dalam konteks perkembangan zaman. 

Pembauran nilai dan ideologi negara merupakan keterlibatan dari berkembangnya teknologi sehingga dengan mudah masyarakat dunia saling berkomunikasi antara satu sama lain. Globalisasi diartikan sebagai suatu era yang ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sehingga interaksi manusia menjadi sempit. Salah satu budaya yang berkembang sejalan dengan berkembangnya era globalisasi adalah budaya populer atau disebut budaya pop (pop culture). Dalam konsep budaya, budaya populer terwujud seperti makanan, musik, program televisi, pergaulan, dan lain-lain. Selain itu, budaya populer ini juga terwujud dalam nilai, ideologi, norma, dan kepercayaan tradisi.

Budaya pop disukai secara luas oleh banyak orang, budaya populer adalah budaya komersial tidak berdaya yang merupakan produk mengambang yang dikonsumsi massa. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dengan mudah kita amati contoh budaya populer yang sebagian besar adalah budaya nongkrong dan ngopi yang awalnya dipelopori oleh brand Seven lleven dan Starbucks, lalu mulai banyak warung-warung kopi yang menawarkan kenikmatan nongkrong, budaya makan-makanan cepat saji, yang dipelopori oleh Brand Mcdonalds, KFC, Starbucks. Selain itu saat ini marak adanya penjual junkfood, Korean food, Japanese food, Chinesse food, dan lain lain. Kemudian budaya musik populer seperti Dangdut Koplo, K-Pop, DJ, dan lain-lain. Kemudian budaya populer program televisi Reality Show semacam Indonesian Idol, The Voice Indonesia yang menawarkan ketenaran, dalam bidang fashion juga dapat kita lihat dari gaya berbusana anak muda masa kini yang lebih cenderung menganut model yaitu berbusana seperti masyarakat Barat, Eropa dan Asia khususnya Jepang dan Korea.

Budaya populer juga dapat menumbuhkan sikap individu yang cenderung pragmatis, hedonis, dan konsumtif. Sebagai contoh, saat ini pemenuhan kebutuhan tidak lagi berdasarkan atas kebutuhan semata, tetapi sangat dipengaruhi oleh pertimbangan status. Beberapa kebiasaan-kebiasaan yang dibawa oleh budaya pop tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Indonesia. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi individu dalam mendefinisikan identitas diri yang selanjutnya dapat berdampak pada identitas nasional bangsa. 

Budaya pop sendiri, mudah berkembang dalam masyarakat urban karena masyarakat urban memiliki akses yang lebih mudah dalam menerima berbagai informasi, termasuk dalam menunjang berbagai budaya dan nilai-nilai yang disebarkan terutama lewat jejaring internet. Berdasarkan data BPS, pengguna internet terbesar adalah kelompok usia remaja yaitu sebesar 58,21%, sehingga kelompok umur ini sangat rentan dalam terpapar budaya populer dalam lingkungan masayarakat urban.

Menurut WHO (Sarwono 2011) Usia remaja adalah rentang usia antara 10 hingga 11 tahun yang merupakan masa peralihan dari usia anak anak menuju ke usia dewasa. Fase tersebut merupakan fase dimana sesorang mencari identitas dan jati diri. Remaja dalam masyarakat urban yang terpapar budaya pop akan dengan mudah terpengaruh karena sikap dasar dari budaya pop yang banyak disukai oleh masyarakat, sehingga remaja seringkali mengabaikan nilai-nilai tradisional yang seharusnya diinternalisasikan dalam diri untuk selanjutnya terwujud dalam identitas nasional.

Budaya pop yang datang dengan adanya globalisasi ini memberikan sesuatu yang baru di mata masyarakat Indonesia. Rasa keingintahuan yang tinggi dalam diri manusia menjadi penyebab utama masyarakat urban menjadi suatu komunitas yang berperilaku komsumtif. 

Budaya pop menjadi salah satu ancaman penguatan identitas nasional masyarakat urban khususnya usia remaja karena mampu menghilangkan kerangka acuan tradisional masyarakat seperti etnis, agama, suku, budaya, dan nilai-nilai atau falsafah hidup bangsa. 

Salah satu yang menyebabkan terkikisnya identitas nasional adalah globalisasi ekonomi yaitu kecenderungan investasi, produksi, pemasaran dan distribusi yang berlangsung secara internasional di atas dan di luar negara atau masyarakat setempat. Budaya pop menumbuhkan sikap hedonisme, konsumerisme, dan pragmatis dalam diri masyarakat urban khsusnya usia remaja. Konsumerisme juga dapat menumbuhkan sifat individualisme yang berpusat pada diri sendiri yang mengganggu kestabilan identitas nasional. 

Ancaman budaya pop terhadap identitas nasional tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas keutuhan sikap kesetiaan masyarakat terhadap ideologi bangsa. Dengan demikian, diperlukan upaya yang dianggap mampu menguatkan identitas nasional masyarakat urban. 

Pertama, internalisasi nilai nilai budaya masyarakat (local wisdom) dalam berbagai bidang kehidupan. Nilai-nilai yang berasal dari kehidupan budaya dalam masyarakat (local wisdom) perlu diinternalisasikan dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, dan pendidikan, sehingga dalam penerapan berbagai aspek kehidupan tersebut dijiwai oleh semangat nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun