Mohon tunggu...
Ririn Chatisyah
Ririn Chatisyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobi saya healing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbandingan Teori Perkembangan Sosial: Perspektif Lev Vygotsky dan Jean Piaget

18 Oktober 2024   09:56 Diperbarui: 25 Oktober 2024   22:40 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori perkembangan sosial merupakan salah satu kajian penting dalam psikologi perkembangan, yang mempelajari bagaimana manusia berkembang secara sosial dan kognitif dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Dalam konteks ini, dua tokoh besar yang memberikan kontribusi besar adalah Lev Vygotsky dan Jean Piaget. Meskipun kedua tokoh ini sama-sama mempelajari perkembangan anak, pendekatan mereka sangat berbeda. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya, sedangkan Piaget lebih berfokus pada perkembangan kognitif internal anak melalui tahapan-tahapan yang jelas. Berikut adalah uraian mengenai teori perkembangan sosial yang dikemukakan oleh kedua tokoh ini.

Teori Perkembangan Sosial Lev Vygotsky

Lev Vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang terkenal dengan teori perkembangan sosial-kulturalnya. Ia percaya bahwa perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya di mana mereka tumbuh. Menurut Vygotsky, interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya memainkan peran krusial dalam proses pembelajaran dan perkembangan anak.

Konsep utama dalam teori Vygotsky adalah Zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD merujuk pada jarak antara apa yang dapat dilakukan seorang anak secara mandiri dan apa yang bisa dicapai dengan bantuan atau bimbingan dari orang lain yang lebih berpengetahuan, seperti orang tua, guru, atau teman sebaya. Menurut Vygotsky, perkembangan terjadi ketika anak bekerja dalam ZPD-nya, di mana ia ditantang untuk melampaui kemampuannya yang ada tetapi dengan dukungan dari orang lain.

Selain itu, Vygotsky juga memperkenalkan konsep scaffolding, yang merujuk pada bantuan sementara yang diberikan kepada anak untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Bantuan ini akan berkurang secara bertahap seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk melakukan tugas tersebut secara mandiri. Misalnya, dalam belajar membaca, guru awalnya akan memberikan banyak panduan, seperti mengucapkan huruf dengan lantang atau mengeja kata-kata, tetapi seiring waktu, anak akan belajar membaca sendiri tanpa bantuan.

Teori Vygotsky juga menekankan peran bahasa sebagai alat penting dalam perkembangan kognitif dan sosial. Menurutnya, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai alat berpikir. Anak-anak awalnya belajar bahasa melalui interaksi sosial, dan kemudian mereka menginternalisasikannya untuk membantu mereka berpikir dan memecahkan masalah secara mandiri. Vygotsky melihat perkembangan kognitif sebagai proses yang bersifat sosial sejak awal, karena berpikir tidak bisa dipisahkan dari interaksi dengan orang lain.

Selain itu, lingkungan budaya sangat berpengaruh dalam teori Vygotsky. Ia berpendapat bahwa cara anak-anak belajar dan berkembang sangat dipengaruhi oleh norma-norma, nilai-nilai, dan praktik budaya yang mereka temui di lingkungan mereka. Dengan demikian, setiap masyarakat atau budaya memiliki cara yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya, yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak-anak tersebut.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Di sisi lain, Jean Piaget, seorang psikolog asal Swiss, mengemukakan teori perkembangan kognitif yang berfokus pada bagaimana anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui pengalaman langsung. Piaget percaya bahwa perkembangan kognitif anak terjadi melalui serangkaian tahapan yang universal, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal.

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Pada tahap ini, anak-anak belajar tentang dunia melalui gerakan dan sensasi. Mereka memahami dunia melalui pengalaman langsung dengan lingkungan, seperti melihat, menyentuh, dan merasakan. Salah satu konsep penting yang muncul pada akhir tahap ini adalah kekekalan objek (object permanence), yaitu pemahaman bahwa benda tetap ada meskipun tidak terlihat.

2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir simbolik, yang memungkinkan mereka untuk menggunakan kata-kata dan gambar untuk mewakili objek atau ide. Namun, pemikiran mereka masih sangat egosentris, artinya mereka sulit untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun