Mohon tunggu...
Ririn Widyastuti
Ririn Widyastuti Mohon Tunggu... lainnya -

Mahasiswi Fakultas teknologi jurusan Teknik Industri angkatan 16 di Universitas Mercu Buana. Bekerja sebagai Analis Kimia di Laboratorium Mikrobiologi PT Kalbe Farma Tbk.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Di Balik Pembuatan Sebuah Film

3 Juli 2011   14:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disela-sela rutinitas yang menyita sebagian besar waktu, manusia membutuhkan hiburan yang dapat membuat badan dan pikiran lebih relax. Film adalah salah satu media hiburan yang dapat dilihat baik sendiri ataupun dengan sanak keluarga di waktu luang atau disela waktu istirahat.

Film, Sinema, Movie atau Gambar Bergerak, (dalam bahasa inggris disebut motion picture) adalah serangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Gambar bergerak,  movie, film atau sinema merupakan salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka dalam dunia imajinasi pada waktu tertentu ketika mereka melihatnya. Film juga mengajarkan manusia tentang sejarah, ilmu pengetahuan, tingkah laku manusia dan berbagai macam hal lainnya.

Dalam dunia perfilman, terdapat beberapa jenis film. Film yang populer diantaranya adalah film feature, film animasi, film dokumenter, film eksperimen, film industri dan film pendidikan.

Film feature adalah film yang umum di tayangkan di bioskop-bioskop yang semakin hari semakin banyak didirikan. Film jenis ini biasanya memiliki durasi kurang lebih satu atau satu setengah jam dan menceritakan kisah fiksi (khayalan) atau kisah yang berdasar pada hal nyata tetapi dimainkan /diperankan oleh seorang aktor.

Film animasi yaitu film yang sejenis dengan film feature, perbedaannya ialah film animasi menggunakan gambar-gambar yang dibuat oleh para ahli seni. Film jenis ini membuat ilusi gerak hidup dari rangkaian gambar dua dimensi, objek-objek tiga dimensi, atau gambar-gambar olahan komputer.

Jenis yang film lain yang dikenal ialah film documenter. Film ini berkenaan dengan kenyataan, dan bukan rekaan. Film dokumenter jarang ditayangkan di bioskop-bioskop, film jenis ini lebih sering ditayangkan di televisi kabel atau siaran televisi pada umumnya.

Film eksperimen ialah serangkaian gambar-gambar, faktual atau abstrak, dan tidak berbentuk cerita/narasi. Sebuah film eksperimen bisa berbentuk animasi, adegan langsung, olahan komputer atau kombinasi dari ketiga jenis tersebut.

Film industri (film komersil) dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang ingin mempublikasikan produk atau menciptakan image masyarakat sesuai selera mereka. Film ini dibuat untuk tujuan komersil.

Film pendidikan film yang dikhususkan untuk ditayangkan di sekolah-sekolah. Tujuan pembuatan film ini ialah untuk menjelaskan /menggambarkan sesuatu hal dari mulai bermacam pelajaran sejarah hingga visualisasi pendidikan keterampilan mengemudikan kendaraan.

Gambar-gambar yang tercipta dari sebuah film sebenarnya adalah gambar-gambar foto yang terpisah-pisah. Ketika gambar–gambar tersebut tampil cepat secara berurutan, mata manusia tidak dapat membedakan bahwa sebenarnya gambar-gambar itu terpisah-pisah. Ini adalah hasil dari apa yang dinamakanpersistence of vision (penglihatan yang berkesinambungan), sebuah fenomena di mana mata menahan sebuah gambar visual dari kilasan per satu detik setelah gambar tersebut teralihkan. Hal tersebut memang tidak kita rasakan, tetapi kita tetap dapat melihat adanya perbedaan di antara gambar-gambar tersebut. Dalam hal ini, otak manusia menerima perbedaan ini sebagai sebuah gerak yang hidup.

Film direkam menggunakan kamera yang didisain khusus. Kamera ini menangkap gambar pada sebuah rol film. Setelah diproses dan dicetak, film kemudian diputar melalui sebuah proyektor, di mana sebuah sinar menyorotnya dan gambar ditampilkan pada layar.

Pembuatan sebuah film diawali dengan proses pembuatan stage. Dalam tahap pembuatan stage, sang penulis naskah menuliskan skenario dan produser mengkontrak sutradara serta pemain utama. Selain itu juga menyiapkan pendanaan dan jadwal syuting, serta mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk membayar ongkos produksi.

Setelah tahap pembuatan stage, tahap selanjutnya adalah pra-produksi, Tahap ini mencakup persiapan kerja yang tersisa sebelum produksi dimulai. Selama masa pra-produksi, produser akan merekomendasi versi final skenario, para pemain dan kru dikontrak, dan lokasi syuting diselesaikan. Sutradara, asisten sutradara, manajer produksi, dan produser merancang urutan syuting untuk tiap-tiap adegan. Bila kondisi memungkinkan para aktor melakukan gladi resik. Produser, sutradara, dan desainer bekerja bersama mengikhtisarkan tampilan filmdan mengarahkan bagaimana adegan dilakukan oleh para actor serta memasang konstruksi dan dekorasi, kostum-kostum, makeup dan tata rambut, dan tata lampu (pencahayaan).

Proses produksi film bisa dimulai ketika proses pra-produksi selesai. Sebuah film, tercipta dari pengambilan gambar secara adegan per adegan, dan adegan diambil gambar secara shot demi shot. Adegan-adegan dan shot-shot yang telah diambiltidak selalu muncul di film. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi film tergantung berbagai faktor misalnya kondisi cuaca, kesediaan aktor, dan jadwal setting konstruksi. Adegan yang termasuk luas, setting yang rumit seringkali difilmkan pada akhir jadwal syuting, karena bagian ini mengambil waktu yang lebih lama untuk menyelesaikannya.

Setiap adegan yang telah di-syut (diambil gambarnya) dinamakan take (pengambilan). Untuk syuting yang variatif seperti adegan pertempuran dan peperangan, sutradara biasanya menggunakan beberapa kamera untuk mengurangi banyaknya take tersebut. Meskipun menggunakan banyak kamera, sutradara bisa saja membutuhkan banyak take untuk hasil yang maksimal. Setelah masing masing take selesai, sutradara akan mendiskusikannya dengan operator kamera dan production sound mixer (orang yang bertugas menkombinasikan suara dalam proses produksi). Jika sutradara berkenan dengan hasilnya dan jika kamera dan suara berjalan baik, hasil take tersebut dapat diprint.

Adegan dari satu shot ke shot lainnya harus selaras ketika diedit ke dalam bentuk film. Setelah hasil di print, sutradara, produser, pengarah foto dan editor akan mencermati gambar-gambar tersebut secara teliti. Selama proses pekerjaan ini, sutradara dan editor mulai menyusun shot-shot menjadi sebuah adegan, dan menyusun adegan-adegan menjadi sebuah rangkaian. Versi awal rangkaian tersebut, atau disebut cut awal, sering kali berisi take-take alternatif untuk shot-shot yang sudah siap jadi.

Ketika sutradara dan editor membuat keputusan final selama proses editing, mereka menyisihkan take-take yang tidak sesuai, sehingga struktur gambar akhirnya akan muncul dalam bentuk sebuah rough cut (cut kasar). Kemudian, ketika adegan dipoles dan diperhalus transisi (perpindahan antar adegan) nya, secara perlahan rough cut tersebut menjadi first cut (cut pertama).

Selama proses kerja post produksi, sutradara dan editor akan membicarakan beberapa problem yang dialamidan mencari solusinya bersama. Misalnya, jika salah satu shot yang diambil secara close-up bergeser jauh beberapa saat dari fokus, mereka akan menutupinya dengan cara memotongnya sedikit jika tidak memilikitake close-uplainnya yang baik. Ketika melakukan editing pada cut awal, sutradara akan mempertimbangkan rekomendasi produser, akan tetapi tetap berusaha menyesuaikan keinginannya terhadap keseluruhan gambar.

Produser biasanya ikut campur tangan, khususnya jika sutradara dan editor menetapkan akan melakukan syuting ulang. Jika seluruh adegan yang di-shot dan cut awal telah terselesaikan, produser biasanya akan menyetujuinya atau produser akan ikut terjun bersama editor dan atau sutradara untuk membuat perapihan dan membuat film lebih baik (tahap penyempurnaan). Hasil produksi akhir adalah disebut cut final. Film kemudian siap untuk masuk ke proses sound editing, proses final arrasement music dan mixing.

Oleh : Ririn Widyastuti

Mahasiswi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta

SUMBER :

http://www.waena.org/index.php?option=com_content&task=view&id=3522&Itemid=47

http://ikeyputri.blogspot.com/2010/10/perkembangan-teknologi-perfilman.html

http://www.g-excess.com/494/aplikasi-komputer-grafis-melalui-teknologi-cgi-dibalik-film-animasi-computers/

http://outtaste.webnode.com/news/perkembangan-teknologi-pada-dunia-film/

http://ameliabelindasilviana.blogspot.com/2010/10/perkembangan-teknologi-perfilman.html

http://masbadar.com/2008/03/14/definisi-film-sinema-gambar-bergerak-motion-picture/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun