Mohon tunggu...
Ririn Syaefuddin
Ririn Syaefuddin Mohon Tunggu... -

Aku sekarang bekerja sebagai webwriter di Metro TV. Sejak 2008, aku pembaca setia Kompasiana. Tapi belum berani menulis di web ini. Habisnya, tulisan komunitas di sini bagus-bagus semua. Tapi aku janji, suatu saat aku harus bisa menulis di Kompasiana. Salah satu cita-cita terpendam yang sangat ingin aku ujudkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Gus Dur dari Puisi Inayah

16 Februari 2010   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu (13/2), menonton tayangan ulang Spesial Programnya Metro TV, "Gitu Aja Kok Repot, In Memoriam Gus Dur". Jadi tertarik dengan puisi Inayah Wulandari yang dibacakan untuk mengenang ayahnya, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Puisi yang diiringi petikan gitar dari musisi lawas, Ebiet G Ade. Puisi yang menggugah hati. Menandakan tak seorangpun anak yang bisa berdiri tanpa kasih sayang ayah. Puisi Inayah itu baru bisa ditranskrip hari ini. Tapi ada satu bait yang tak terecord karena rekaman di videonya tak jelas.... Bapak, boleh aku minta tolong diajari bantu aku memahami Karena bapak kan katanya Presiden paling pandai seantero negeri intelektualitasnya sudah diakui mbok ya, anakmu ini diajari memahami semua ironi ini Pak, kenapa mereka dulu selalu menghina mengatakan, presiden kok buta Padahal sebenarnya, bapaklah yang mengajari kita untuk melihat manusia seutuhnya tanpa embel2 jabatan atau harta suku atau agama tak peduli bagaimana rupanya Pak, mengapa dulu mereka melecehkan mengatakan presiden kok tidak bisa jalan sendirian --------- Rakyat Indonesia menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya Pak bisa tolong jelaskan kenapa orang-orang yang dulu bapak besarkan malah justru menjatuhkan menggigit tangan orang yang memberi makan apa mereka telah lupa akan apa yang bapak ajarkan bahwa hidup adalah pengabdian yang tak boleh meminta harta atau jabatan Pak, tolong beri kami jawaban lewat mimpi atau pertanda lewat simbol juga akan kudengar Pak, tolong pak tolong aku diajari (saksikan dua vdieo terakhir di http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/02/12/4655/206/Gitu-Aja-Kok-Repot-In-Memoriam-Gus-Dur-1940-2009) Ririn Syaefuddin@February 16th 2010 (foto pinjeman dari sobat hasil temuan di google.com) Gus Dur, Sang Gur Bangsa Kami kan tetap mengenangmu, Gus Selamat jalan, duhai Gus...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun