Desa Mekarsari merupakan sebuah Desa yang berada di wilayah Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang. Jika dilihat dari dari pusat Kecamatan, posisi desa berada di sebelah barat daya dengan jarak kurang lebih sekitar dua kilometer. Adapun ditinjau dari segi topografi, Desa Mekarsari berada di kawasan dengan permukaan tanah berupa lereng perbukitan dan ketinggian kantor desa mencapai 874 Meter di atas permukaan laut. Secara administrasi, Desa Mekarsari terbagi menjadi enam Dusun meliputi Dusun Manglayang, Dusun Nyalindung, Dusun Babakan Embe, Dusun Sukanegla, Dusun Padasuka, dan Dusun Padayungan.Â
Sementara itu, salah satu ciri khas dari Desa Mekarsari adalah Giribig. Giribig merupakan tikar yang dibuat dari anyaman bambu dan biasanya digunakan untuk menjemur padi, sebagai bilik rumah, dan juga alas lantai. Selain Giribig, Desa Mekarsari pun memiliki makanan khas yang diproduksi sendiri yaitu Kue Mayit. Kue Mayit Merupakan kue tradisional yang terbuat dari bahan dasar berupa tepung beras ketan putih dengan isian kelapa dan gula merah. Dalam proses pembuatannya, Kue Mayit tidak menggunakan bahan pengawet sehingga umumnya hanya bertahan selama 5 hari.Â
Giribig dan Kue Mayit pun menjadi salah satu mata pencaharian warga sekitar. Meskipun produksi Giribig mulai berkurang dikarenakan orang-orang mulai beralih menggunakan terpal, tetapi warga Desa Mekarsari tetap membuat Giribig sesuai pesanan pelanggan. Giribig tersebut pun sempat dipasarkan hingga ke Cianjur.Â
Selain penganyam giribig dan produsen kue mayit, warga Desa Mekarsari memiliki pekerjaan yang cukup beragam. Di Dusun Padasuka misalnya, warga sekitar umumnya berprofesi sebagai penjahit konveksi. Lain halnya dengan warga Dusun Manglayang yang rata-rata berprofesi sebagai peternak dan buruh. Adapun secara keseluruhan, warga desa lainnya termasuk sebagai pemilik usaha dengan skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sektor UMKM yang tersebar di Desa Mekarsari pun cenderung beragam. Salah satunya usaha di bidang kuliner seperti Kue Mayit, Mie Ayam, Es Kelapa, dan Buah-buahan. Selanjutnya di bidang konveksi meliputi produsen rompi dan baju koko. Selain itu juga terdapat cukup banyak toko kelontong yang menyediakan barang-barang untuk kehidupan sehari-harI.Â
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, warga Desa Mekarsari pada umumnya belum melakukan pencatatan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi. Hal ini diperoleh berdasarkan salah satu UMKM yang telah diwawancara dan sudah belasan tahun beroperasi. Beliau mengungkap, tidak pernah mencatat pengeluaran dan pemasukan kas, sehingga keuntungan usaha hanya diketahui jika terdapat sisa lebih dari hasil belanja. Selain itu, salah satu pengelola usaha juga menginformasikan terkait sistem pencatatan keuangannya yang masih sangat sederhana dan terkadang didasarkan pada estimasi.
Pada dasarnya, pencatatan keuangan merupakan pilihan masing-masing dari setiap pelaku usaha. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa pencatatan keuangan yang benar memberikan banyak kemudahan bagi usaha yang sedang dijalankan. Melalui perekaman transaksi, pemilik usaha dapat mengetahui tingkat keuntungan dan perkembangan sebuah bisnis. Hal ini dikarenakan penjualan dan biaya-biaya telah tersimpan, sehingga pelaku usaha dapat meninjau apakah perlu meningkatkan penjualan atau meminimalisir biaya untuk memaksimalkan keuntungan. Selain itu, pencatatan keuangan juga memberikan manfaat dalam perencanaan bisnis untuk melihat peluang usaha dan mengantisipasi resiko yang kemungkinan terjadi di masa depan.
Oleh karena itu, mempertimbangkan kemudahan dari pencatatan keuangan, Sub-Kelompok KKN-PPM 130 Universitas Padjadjaran, menyelenggarakan Pelatihan Pembukuan Sederhana Berbasis Manual dan Digital yang diadakan di Kantor Desa Mekarsari pada Rabu, 26 Juli 2023. Pelatihan tersebut dilaksanakan dengan memandu kurang lebih lima puluh orang warga Desa Mekarsari tentang bagaimana cara menyusun transaksi harian, laporan laba rugi, dan laporan posisi keuangan. Pelaksanaan pelatihan pun dimulai dengan membagikan selembaran studi kasus dengan usaha jasa konveksi sebagai contoh, kemudian pemateri memberikan panduan penyusunan yang benar sesuai dengan standar akuntansi.Â
Pembukuan secara manual melalui media kertas, pada dasarnya dipertimbangkan dengan kemampuan warga desa yang masih kesulitan apabila menggunakan media elektronik seperti Microsoft Excel maupun Software akuntansi seperti Accurate. Oleh karena itu, pelatihan pun dilaksanakan secara manual. Meskipun demikian, Tim Sub-Kelompok KKN-PPM 130 Universitas Padjadjaran tetap menyusun sebuah modul terkait langkah-langkah pembukuan secara digital melalui Aplikasi BukuWarung. Hal ini dilakukan untuk memberikan edukasi kepada warga sekitar, bahwa pembukuan pun dapat melalui media aplikasi dan cenderung lebih praktis karena dapat dilakukan di mana saja.Â
Pada akhirnya, pembukuan baik secara manual maupun digital memberikan manfaat yang sama bagi kelangsungan sebuah bisnis. Maka dari itu, pelatihan pencatatan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan menumbuhkan kebiasaan terkait cara pencatatan keuangan yang baik dan benar.Â
Oleh : Ririn Simamora
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H