Mohon tunggu...
Ririn Anggraeni
Ririn Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Pekerja Biasa

Dulu pernah menggemari hujan pada akhirnya tidak pernah bertemu payung yang tepat. Tetap basah kuyup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Prahara Benda Pipih

20 Juni 2022   22:53 Diperbarui: 20 Juni 2022   22:55 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tertunduk, balita mungil itu 

Tertawa sendiri 

Terkadang tiba-tiba menangis 

Menatap benda pipih di hadapannya

Lalu berlari menemui Bundanya

"Bun, Tuk oleng Bun, tuk oleng" Suara kecilnya merengek 

Lalu si balita kembali hanyut menyaksikan keajaiban benda pipih itu

Bunda lupa, benda itu akan mengambil seluruh masa kecilnya

Tak ada pesawat kertas, mobil-mobilan dari kayu, kelereng dan semua hal indah lainnya

Semua hilang terganti 

Masa kecil tak lagi seindah main petakumpet dibalik pohon durian

Atau sekedar berlarian ditengah hujan deras

Semuanya dirubah zaman

Orang-orang mendadak bisu

Berdampingan namun tak saling menyapa dalam nyata

Hanya jemari yang bergerak bersuara dalam maya

Note:  Tuk oleng ( Truk Oleng) 

Musi Banyuasin, 20 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun