Lalu hening. Tak ada suara apapun.
Alika bergidik ngeri dalam ruang persembunyiannya. Mana Mami? Mengapa Mami berhenti menangis? Benda apa yang jatuh dari tangga tadi?
“Alika!” Belum sempat ia memikirkan jawabannya sendiri, tiba-tiba suara laki-laki itu kembali menggelegar. Sepertinya dekat sekali. “Alika! Dimana kamu!”
Alika gemetar menahan takut.
“A…li…ka! ALIKA! Dimana kamu, anak nakal!”
***
Menurut Tante Fina – tetangga sebelah rumah – Alika baru ditemukan dua hari kemudian. Dalam keadaan lemas, meringkuk di pojokan bawah tangga lantai dua, di belakang lemari kayu besar tempat penyimpanan sepatu. Mungkin ia sudah berkali-kali pingsan karena ketakutan, kelaparan, kehausan, kelelahan sampai kekurangan udara segar.
Alika memang masih beruntung. Ia selamat dari tindak penganiayaan ayah kandungnya sendiri. Tapi tidak demikian dengan sang ibu. Perempuan 32 tahun itu baru sadar dari ‘tidur’ panjangnya setelah 40 jam kemudian. Tulang rahang kiri Bu Yuna – nama ibunda Alika – retak. Mungkin karena pipinya terantuk pegangan tangga saat Pak Vino – suaminya – menampar dengan keras. Tulang betis kanannya juga retak. Serta lebam di pipi kanan dan kiri serta banyak tempat lain di sekujur tubuh.
Dalam keadaan kesakitan, saat terbangun dari pingsan, Bu Yuna langsung menanyakan keadaan Alika yang ia sembunyikan di lorong kecil di bawah tangga.
Menimbulkan kegemparan selanjutnya.
Alika yang menghilang - disangka telah diculik oleh sang ayah - ternyata ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri setelah dua hari dua malam bersembunyi.