Mohon tunggu...
Junior Tralalaaa Trililiiii
Junior Tralalaaa Trililiiii Mohon Tunggu... lainnya -

nggak suka kodok. terlalu mirip sama ikon yang agli ituhhh...(nunjuk monster biru yg picek atas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara “Ikal” dan “Jabrik” (Part 2)

10 Maret 2014   06:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Akhirnya gue nolak Ikal, Yul..”

“What?? Lo yakin?”

Mita dan Yulia, dua orang sahabat yang beberapa minggu lalu sempat ketemuan untuk membahas soal kebingungan Mita dalam memilih antara dua orang cowok, “Ikal” atau “Jabrik” kali ini kembali bertemu dan membahas topik yang sama lagi. Bedanya, kali ini Mita sudah berhasil menentukan pilihan.

“Iya, yakin banget.. Soalnya gue sadar, lo bener. Ikal sangat baik. Tapi justru itu yang bikin gue nolak, karena dia terlalu “sempurna” aja buat gue..”

“Kok lo bisa ambil kesimpulan begitu sih?” Yulia sedikit melotot (sambil mikir, kira-kira bagian mana dari omongannya dulu yang justru mendorong Mita nolak Ikal, si super baik hati itu).

“Cowok seperti Ikal tuh pasti mengharapkan pasangan sebaik dirinya sendiri untuk jadi pendampingnya kan Yul. Dan lo kan kenal gue udah lama. Meskipun in syaa Allah bukan termasuk golongan “cewek bandel” tapi kita kan juga jauh dari kasta perempuan yang“putih bersih sesuci melati dong, hehe..” Mita tertawa hambar. “Gimana menurut lo Yul?”

“Iya juga sih..” Yulia mau nggak mau mengangguk setuju. “Kita memang pernah agak bandel, tapi kan sekarang udah nyadar, udah bisa bedain mana yang bener mana yang salah. Lha, tapi memangnya udah coba dikomunikasiin belom tentang kondisi kalian masing-masing? Siapa tau aja sebenernya Ikal siap nerima lo apa adanya, meskipun masa lalu lo nggak selurus penggarisan..”

“Males ah Yul, buat apa. Ikal udah terlanjur salah paham karena dia mengira gue adalah sosok sebaik dia, padahal kenyataannya bukan. Kayaknya gue terlalu “manusia” deh kalo dibandingkan dengan sosok “malaikat” seperti Ikal. Kasian dia. Bener gitu kan Yul? Hei, kok lo diem?”

Yulia memang sempat bengong sejenak sih mendengar penjelasan Mita. Meskipun menurutnya, Mita juga ada benarnya.

“Iya, sori.. Tapi lo bener juga sih kali ini. Tiba-tiba gue jadi khawatir, kalo aja kemarin elo sampe nerima ajakan Ikal untuk serius (dengan ekspektasinya yang terlalu tinggi tentang elo), jangan-jangan suatu hari nanti malah justru elo yang bisa jadi “korban” saat Ikal menuntut elo untuk bisa se”sempurna” dia. Padahal kalo menurut gue, justru elo yang saat ini udah lebih “sempurna” setelah belajar dari berbagai ketidaksempurnaan dimasa lalu. Sedangkan Ikal kok tiba-tiba jadi malah kelihatan “cacat” dalam “kesempurnaan”nya sebagai manusia normal ya..”

“Haaa?? Gimana? gimana maksud lo Yul?” Mita kebingungan.

“Hehe..udahlaaahh.. Eh, tapi intinya gue setuju ama keputusan lo kali ini Mit..”

“Berarti keptusan gue bener dong?”

“Wallahu alam sih, tapi kalo gue jadi elo ya palingan keputusan gue juga sama kali ya.. apa boleh buat.. Eh, baydewei, gimana kabarnya si Jabrik?”

“Haha.. Jabrik asik..” Mita tertawa ngakak. “Tapi kalo cuma sebatas buat jadi temen seru-seruan aja, nggak lebih.”

“Maksudnya? Jadi lo nggak sama dia juga?”

“Ya enggaklaahh..” Mita senyum-senyum. “Kalo gue merasa nggak pantes sama Ikal karena dia terlalu baik buat gue, sebaliknya sama si Jabrik. Dia tuh justru terlalu nggak baik buat gue, hehe..”

“Jadi judulnya nggak sama dua duanya nih?”

“Hehe.. Iyaaahh.. Eh, tapi tenang,nggak masalah kok. Saat ini gue lagi nunggu kiriman terbaik aja dari Tuhan. Kan siapa tau besok-besok gue bisa ketemua sama si Gondrong, si Cepak atau si Kribo.. Siapapun itu, kalo memang udah ketentuan terbaik yang Allah tetapkan, kita pasti bisa saling terima keadaan masing-masing apa adanya.. Betul kan Yul? Yang kata orang unconditional love, gitu..”

Hehe.. nggak tau ah. Bodo.

(Pokoknya all the best for you deh Yus.. eh, lupa lagi, hihi.. maksudnya Mit.. haha..)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun