Mohon tunggu...
Junior Tralalaaa Trililiiii
Junior Tralalaaa Trililiiii Mohon Tunggu... lainnya -

nggak suka kodok. terlalu mirip sama ikon yang agli ituhhh...(nunjuk monster biru yg picek atas)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jatuh Cinta, Karena Puisi Itu Indah

26 Januari 2015   02:13 Diperbarui: 5 Agustus 2015   18:04 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

KEPADA HATI

 

Pada Awalnya, Beginilah Cinta

Aku ingin jatuh cinta,

cinta yang sederhana saja.

Padamu,

:yang selalu membirukan duniaku.

Tuhan dan semesta

Kurasa akan mengamininya.

 

Saat iseng membuka sebuah buku “Karena Puisi Itu Indah” karya Tia Setiawati (di sebuah rak buku di Gramedia) dan menemukan sepenggal puisi itu di halaman depan, mungkin pikiran saya kebetulan memang lagi kemana-mana aja kali ya. Jadinya kalimat-kalimat sederhana, rada klise, tapi dirangkai dengan manis itu kok tiba-tiba jadi terasa ‘nonjok banget’. Sepertinya dibikin waktu penulisnya lagi kasmaran banget, sampe-sampe ‘rasa jatuh cinta’ itu sukses tertransfer ke hati saya ketika membaca.

 

Padahal awalnya saya bukan penikmat puisi. Malah sebenarnya cenderung antipati. Aneh aja rasanya, seperti lagi membaca dramatisasi penggambaran suatu keadaan atau rasa yang kesannya lebay dan sok romantis-romantis gimanaaa gitu (iya ga sih??). Nggak suka banget deh pokoknya.

Tapi ternyata nggak suka di suatu masa bukan berarti nggak bisa berubah di masa selanjutnya. Terbukti sekarang saya malah jadi penggemar puisi. Sejak gabung di Kompasiana, saya menyimpan beberapa nama Kompasianer yang karya puisinya sering saya ikuti dan nikmati diam-diam. Ada yang menulis bergaya romantis dengan penggambaran yang terpaksa bikin saya mikir dulu untuk bisa paham maknanya (tapi nyaman dan cantik banget pemilihan kata-katanya), ada yang cenderung to the point (dan aktual pula), menggunakan kalimat lugas dan apa adanya (kesannya praktis-realistis-asik), sampe ada juga yang menggabungkan keduanya dengan cara yang sangat smooth, bikin perasaan jadi kayak diaduk-aduk, antara berpikir dengan gaya praktis sekaligus diajak ber-drama romantis-ria. Ih, kok pada bisa sih nulis karya seindah itu? Dapet ilhamnya dari mana?

Kalo orang menuliskan opini, reportase atau cerita, bagi saya itu seperti sedang melemparkan sesuatu dari dirinya kepada dunia. Saat isinya baik dan bermanfaat, in syaa Allah berpahala sedekah. Kalo isinya jelek atau fitnah, ya berarti sedang menabur keburukan yang berpotensi mencelakakan orang lain.

Tapi puisi apaan coba? Dulu saya anggap orang yang nulis puisi itu pasti orang yang kurang kerjaan doang (hehe..). Pasti cemen deh, mau terus terang tapi nggak berani.. jadinya terpaksa ngumpet dibalik kata-kata yang ‘rancu’ dan mempersilahkan orang lain untuk menebak-nebak sendiri maksudnya apa. Nggak asik ah. Karenanya saya jadi memaknai puisi sebagai sebagai hiburan untuk konsumsi pribadi penulisnya sendiri aja. Seperti kayak kalo kita lagi nyanyi-nyanyi sendirian untuk menghibur diri sendiri, dari penulis untuk penulisnya only (karena banyak puisi yang saya anggap cuma si penulisnya aja ngerti. Dan kalo ada orang lain yang nekat ikut menterjemahkan, ya silakan aja nyasar dengan fantasinya sendiri juga).

Tapi mungkin opini jadul saya itu terbentuk karena (dulunya) sering membaca puisi yang salah aja kali ya. Jadi kapok sendiri, trus antipati dan menutup mata. Padahal sebenarnya banyak banget puisi-puisi cantik yang dengan mudahnya bisa membuat saya merubah pendapat seketika, ketika saya mau membuka portal dan membiarkan mereka dengan energi positif penulisnya melintasi kepala dan hati saya. Sekarang saya jadi penggemar puisi deh. Hehe..

 

Puisi karya Tia Setiawati Priatna:

MEREKA MEMILIKI BANYAK NAMA

 

Cinta memiliki banyak nama.

Salah satunya

:’Baik-baiklah kau di sana’.

Begitupun dengan rindu.

Seringkali ia muncul dengan nama

:’Tak ada apa-apa. Aku hanya ingin mendengar suaramu saja’.

Lalu cemburu,

Kurasa salah satu nama lainnya adalah

:’Dia itu siapanya kamu?’.

Dan tentang kamu,

Kurasa ‘Cinta dan semua tentangnya’ adalah nama lainmu.

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun