Mohon tunggu...
preciouscygnet
preciouscygnet Mohon Tunggu... -

a paradox reader

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kaderisasi Mahasiswa: Mengisi Ruang-ruang Kosong dalam Pendidikan Kita

9 Agustus 2010   18:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat, poin pentransferan materi yang dialogis dan melalui proses berpikir rasional. Pihak yang dikader secara psikologis akan cenderung lebih mudah menerima “apapun” yang dikatakan atau yang disampaikan oleh pemateri, pengkader, atau apapunlah itu namanya. Tapi jika kita berharap perubahan yang sungguh-sungguh dan penerimaan yang utuh atas materi dan nilai yang disampaikan, jangan harap hal itu akan berhasil lewat invasi pada benak dan pemaksaan pemikiran. Harus dibangun suasana kondusif untuk berpikir bersama, mengevaluasi ide-ide, dan menimbang kebenaran dari sudut pandang masing-masing. Semua itu hanya bisa dilakukan dalam konteks hubungan intersubjektif.

Lima, aspek keteladanan adalah hal penting. Satu contoh kecil, mulailah untuk merasa malu jika anda menyuruh peserta datang tepat waktu bahkan menghukum mereka yang terlambat, tapi anda sendiri tidak memenuhi janji untuk menghadiri rapat koordinasi tepat waktu.

Keenam, kaderisasi yang dilakukan beberapa hari saja tentu tidak akan pernah cukup menyiapkan mahasiswa. Maka perlu juga untuk menanamkan kecintaan pada ilmu, semangat dan hasrat untuk terus belajar dan membuka pikiran seluas-luasnya sebagai insan akademis.

Ketujuh, hati-hati dalam menanamkan suatu konsep pada peserta, jangan sampai memaknai sesuatu secara dangkal. Hal ini merupakan indikasi kebiasaan berpikir yang buruk, setengah-setengah dan tidak solutif. Contoh kasus yang pernah saya temui adalah peristiwa penghukuman seangkatan karena seseorang dari mereka terlambat datang, alasannya: solidaritas. Ha? Saya bertanya, si panitia ini mengerti makna solidaritas atau tidak sih? Kesalahan seseorang yang hukumannya ditanggung oleh suatu komunitas bukan contoh solidaritas, tapi ketidakadilan. Kecuali, sejak awal sudah diwanti-wanti tentang konsekuensinya dan memang sudah dipastikan bahwa tidak ada satu orangpun dari teman-teman yang bersangkutan itu mengingatkan dia agar tak terlambat. Lebih baik mendorong mereka untuk memikirkan cara agar seluruhnya saling mendukung dan mebbantu sehingga menghindarkan keterlambatan mereka ataupun teman-temannya. Ya, itu satu contoh saja, lainnya, silakan direnungkan. Kebiasaan menghubungkan sesuatu secara sepintas dan berpikir dangkal ini akan bermuara pada kebiasaan menggeneralisasi dan easyjudging yang tidak sehat dalam dunia akademis.

Terakhir, (mungkin untuk sementara, bisa jadi ditambah lagi, hehe) kaderisasi juga perlu menanamkan kepekaan dan kepedulian pesertanya terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat dari cabang hingga ke akarnya. Saya mengapresiasi sejumlah kaderisasi yang memasukkan agenda pengabdian masyarakat dalam programnya. Namun hendaknya, perlu ditambahkan sense dan keinginan untuk menyelami dan memahami persoalan masyarakat yang sesungguhnya dan berperan serta secara proaktif dalam penyelesaiannya. Bukan sekedar tipikal asal pernah berkontribusi, sekedar penah terlibat, tapi ikut urunan memikirkan penyelesaian, terlepas dalam peran apapun yang dipilihnya kelak dalam perjalanan hidupnya.

Saya merasa sudah mulai banyak bicara lagi. Sekian dulu untuk kesempatan ini. Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun