Israel sendiri berusaha melakukan kampanye deterensi dengan statement yang menyatakan bahwa siapapun yang berusaha menyerang negaranya maka mereka tidak akan ragu untuk melakukan serangan balasan yang lebih besar.Â
Selain dengan ancaman politik, Israel juga melakukan ancaman militer dengan menggunakan sistem pertahanan udara Iron Dome, Arrow 3, dan David Sling sebagai pertahanan diri dari rudal-rudal Hizbullah dengan harapan Hizbullah dapat berpikir ulang jika akan menyerang Israel mengingat potensi kerusakan yang dapat dicegah Israel atas serangan Hizbullah dapat diminimalisir.Â
Israel juga mengakuisisi F-35 dan terus meningkatkan kekuatan angkatan bersenjatanya dengan harapan Hizbullah dan milisi serta negara lain terkhususnya Iran tidak melakukan tindakan yang dapat mengancam kedaulatan negaranya.
 Hizbullah juga melakukan doktrin yang serupa dimana mereka terus mengembangkan rudal-rudal yang dapat menjangkau seluruh wilayah Israel. Hizbullah juga baru-baru ini menggunakan drone sebagai strategi detterence barunya dengan Israel yang bertujuan untuk mengurangi potensi serangan Israel ke Lebanon selatan.
Security Dillema Negara-Negara Kawasan
Ketegangan antara Israel dengan Hizbullah dan milisi sekitarnya semakin membuat negara-negara kawasan waspada hingga berusaha untuk meningkatkan kekuatan militernya. Tindakan Israel dalam melakukan serangan ke milisi seperti Hizbullah dan Hamas membuat situasi dikawasan menjadi memanas. Iran selaku negara sponsor dari Hizbullah memutuskan untuk meningkatkan kekuatan militernya imbas dari langkah agresif Israel.Â
Dilain sisi, Arab Saudi yang merupakan tetangga dari Iran merasa terancam dengan adanya peningkatan kekuatan militer oleh Iran sehingga Arab Saudi dan negara sekitarnya memutuskan untuk melakukan hal yang sama demi meningkatkan keamanan di negaranya.
Pada 17 September 2024 terjadi peristiwa dimana Israel menghancurkan pager atau alat komunikasi yang digunakan oleh Hizbullah di Lebanon. Setidaknya 11 anggota Hizbullah dan 3 warga sipil tewas, serta ribuan warga sipil lainnya mengalami luka. Serangan elektronik tersebut mengakibatkan makin memanasnya konflik antara Israel, Hizbullah, dan Iran selaku sponsor utama dari Hizbullah. Hal tersebut juga semakin meningkatkan kewaspadaan negara-negara sekitar akan kekuatan dan kapabilitas Israel.
Kesimpulan dan Upaya Resolusi Konflik
Ketegangan antara Israel dengan Hizbullah yang merupakan Proksi dari Iran merupakan salah satu isu sentral di Timur Tengah. Sejauh ini sudah dilakukan beberapa usaha untuk meredakan konflik baik antara Israel-Hizbullah, Israel-Iran, dll. Namun usaha tersebut seperti sia-sia karena Israel secara sewenang-wenang terus melakukan serangan agresif ke Gaza yang diikuti dengan milisi lain seperti Hizbullah, Hamas, dan pihak lain untuk membalas serangan Israel baik atas dasar persaudaraan atau kepentingan lain.
Pada 27 November 2024, Israel dan Hizbullah sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 60 hari. Namun, meskipun telah dilakukan gencatan senjata untuk mengupayakan resolusi konflio, akan sulit untuk meredakan konflik di Timur Tengah secara keseluruhan dikarenakan adanya konflik domino yang dimana setiap negara saling merasa curiga dan memutuskan untuk melakukan perlombaan senjata.